|
Look at beautyful this place |
Kalau berbicara masalah sejarah,
sepertinya Indonesia tidak akan pernah habis untuk diceritakan. Masih banyak tempat-tempat misterius yang
masih perlu digali dan dipelajari lagi lebih dalam. Khususnya bagi kita orang Indonesia sendiri. Paling tidak untuk mencari tahu siapakah diri kita yang
sesungguhnya. Atau jangan-jangan bangsa kita memang bangsa yang luar biasa. Yang memiliki peradaban yang luar biasa canggih dengan teknologi yang
belum bias diungkap hingga sekarang.
Saya bukan orang yang fanatic atau percaya pada satu pendapat. Tapi akhir-akhir ini saya memang jadi bertanya-tanya,
memikirkan kembali tentang sejarah yang selama ini kita dapatkan dari bangku sekolah. Coba kalau dipikirkan ulang bagaimana
orang jaman dahulu membangun candi Borobudur atau Candi Prambanan atau Candi Penataran di Jawa Timur dengan teknologi yang
konon katanya berada di jaman batu. Nah.,,jangan-jangan juga dibawah candi-candi kecil yang
sekarang tersebar di beberapa wilayah kabupaten ada candi yang lebih besar lagi. Atau bias jadi perhitungan angka tahunnya kurang tepat.
Bisa jadi demikian.
Untuk beberapa candi yang terdapat prasasti atau relief yang berangka tahun mungkin bisa di
pastikan. Bagaimana dengan candi yang tanpa angka tahun?? Nah. kira-kira di tahun berapa candi itu dibangun?
Itulah yang menjadi pertanyaan saya.
Pulang kemarin, saya baru saja mengunjungi dua tempat yang
menyimpan sedikit cerita sejarah. Atau mungkin malah banyak. Tempat yang pertama bentuknya seperti kedung, cekungan air dibawah air terjun. Sepertinya bukan air terjunya,
lebih mirip grojokan karena debit airnya sedikit sekali. Nama air terjun Hersan. Saya rasa ini adalah air terjun
yang paling dekat dari rumah. Cukup lima belas menit naik motor kita sudah sampai. Kalau lokasinya sekitar bukit Candi Dadi agak masuk-masuk tegalan orang.
Naiknya juga ndak tinggi-tinggi amat. Ya baru kali ini, saya tahu ada air terjun di bawah bukit Candi Dadi. Karena setahu saya, delapan tahun blusukan di
sekitar Candi Dadi tidak ada yang namanya air terjun Hersan.
|
jalannya seperti ini |
|
blasak-blasak tegalannya orang |
|
mumpung masih ada hutan ikuta terjepret lah |
|
kemarin kita juga ketemu ular dijalan |
|
agak merayap-merayap sedikit |
|
ini kedung pertama yang dibawah |
Ketepatan juga musin kemarau, debit
airnya hanya sedikit. air terjunnya kering dan hanya menyisakan sedikit dan bekasnya saja. Kedung dibawahnya juga berwarna coklat kebiruan butheg. Jangan kira yang di
instagram memang biru. Karena setahu saya dari sumber air atas, air di pegunungan Walikukun memang coklat sedikit biru ato hijau toska. Nah..,
Grojokan ini diapit oleh batu-batu tebing yang lumayan besar. Stuktur tanah pegunungan Walikukun sepertinya memang berbatu. Bukan seperti pegunungan hutan tropis yang
memiliki tanah humus.
Ada
dua tingkat grojokan ini.
Yang bagian bawah berada disekitar hutan jati.
Masih dikelilingi dengan batu-batu besar juga namun
debit airnya lebih sedikit dari bagian atas.
Bisa jadi karena musim kemarau ya.
Ada beberapa pondasi yang didirikan disana.
Kebetulan waktu itu sudah dibangun gubug kecil.
Air terjun Hersan sendiri katanya grojokan bagian atas.
Perlu sedikit naik lewat semak-semak lalu turun ke arah sungai dan menyusuri batuan.
Nah.., Disini lah uniknya tempat ini.
Grojokan, eh air terjun ini dikelilingi batu sehingga lebih Nampak seperti
di dalam gua.
Tingginya mungkin sekitar tiga meter dengan tiga deret grojokan dalam satu tebing.
Kolam dibawah air terjun juga ditemukan udang-udang kecil.
Satu lagi yang bikin saya kaget dan makin penasaran adalah adanya gua kecil diantara cekungan batu-batu dan terdapat tumpukan batu bata besar didalamnya.
Wwooww..,, bisa jadi batu bata itu juga peninggalan nenek moyang seprti batu bata peniggalan kerajaan Majapahit. Atau bisa juga gua itu digunakan untuk tempat bersemedi jaman dahulu
yang biasanya dekat dengan
air terjun. Kalau seandainya debit air banyak dan deras,
sepertinya gua itu sulit dijangkau.
Bisa jadi demikian.
Oww ya.,,karena masih singlu dan misteri saya ndak berani masuk ke dalam gua.,,
hihihi. Maapkan ya.
|
debit airnya dikit. jadi kering ndak ada air terjun |
|
tebing-tebing membentuk gua kecil di air terjun hersan |
|
mungkin seperti ini ya kalau di foto dari dalam |
|
eee.. ada udangnya di dalam |
|
sikutid- main locat-loncatan |
|
penampakan di luar gua |
|
ayu kita lanjut ke tempat berikutnya |
|
seperti ini lah pemandangan Air Terjun hersan. debit airnya dikit sekali waktu itu |
|
karena wajah saya seperti habis di goreng, saya hitam putihkan |
|
numpang posting saja |
|
emon lari-lari nyari jalan ke atas |
|
wes kesel ye mon ?? |
|
ada yang tahu ini bunga apa?? |
Belum ada catatan terbaru mengenahi gua atau air terjun hersan itu. Yang sempat saya tanyakan pada penduduk sekitar atau lebih tepatnya ibu-ibu yang
menjaga parkir, batu bata itu sudah ada dari jaman nenek moyang dulu. Wooww.. menarik sepertinya. Secara juga, pegunungan walikukun masih menyimpan banyak misteri sejarah dan banyak pula
ditemukan candi-candi di atasnya. Seperti Candi Dadi, Gua Selomangkleng, Gua Tritis, dan masih banyak lagi yang
belum teridentitas. Saya jadi ingat, ada satu cluwekan gua yang belum selesai di
atas bukit Gua Selomangkleng tanpa relief. Bisa jadi cluwekan dulu sengaja dibuat dan akhirnya pindahlah ke Gua Selomangleng di bagian bawah.
Dari Gojokan Hersan, kita berpindah ke C
andi Cungkup di desa Sangrahan yang lumayan dekat jaraknya.
Mungkin tidak ada satu kilo ya. Nah.., candi Cungkup ini disebut juga dengan candi Sanggrahan. Bentuknya kotak dengan candi utama berbahan batu adhesit dengan dikelilingi dengan pondasi batu bata merah besar. Bisa jadi batu bata di gua Hersan itu sejenis dengan batu bata disini. Karena memang masih dalam satu wilayah yang
berdeketan. Kebetulan waktu kami kesana, ada beberapa pihak dari balai pelestarian cagar budaya Trowulan yang
sedang melalukan pemugaran candi. Moment yang tepat juga kerana kami mendapatkan sedikit informasi mengenahi candi. Kalau dilihat dari stuktur batu bata yang
mengelilingi candi dan gerbang pintu candi diprediksi candi berasal dari kerajaan Majapahit. Tidak ada tulisan atau relief di sekitar candi. Namun sempat ditemukan arca bodha sehingga diprediksi candi S
anggrahan ini bercorak bodha. Saya sempat bertanya pada mbah Google., ada satu artikel yang
menuliskan bahwa candi sanggrahan di
gunakan sebagai pesanggrahan atau tempat istirahat di jaman Majapahit ketika pemakaman
Ratu Gayatri
dan masih terhubung dengan Candi Dadi dan Candi Gayatri.
Sepertinya kita perlu mencari tahu lagi ya.., oww iya relief di sekitar candi berbentuk binatang, namun anehnya binatangnya berupa singa yang
bukan hewan asli endemik Indonesia. Sanggrahan ini menghadap ke barat, jadi kita masih bias melihat sunset dari atas candi. Kami
juga diberi kesempatan untuk melihat dokumentasi dari balai pelestarian cagar budaya. Uniknya terdapat foto ketika candi ditemukan di awal tahun 1900. Wah suasanya epic banget.
Masih dikelilingi dengan hutan dan bamboo dan masyaratnya masih menggunakan pakaian khas Jawa kuno. Kerenn abis deh pokoknya.Waktu itu kami mengejar sunset
disana. Pantulan sinar matahari sore ke candi dengan langit berwarna biru semakin menambah spektakuler.
Oww iya candi ini ada dua tingkat. Pintu awal gerbang tersusun dari batu data dengan Sembilan anak tangga. Candi utama sendiri terdiri dari dua tingkat batu adhesit. Saya lupa berapa jumlah anak tangga kemarin. Bisa jadi di bawah bagian candi ini masih menyimpan misteri selanjutnya.
Seperti baru-baru ini seorang petani menemukan arca dan lingga yoni di atas bukit di tengah hutan di kawasan Tanggunggunung Tulungagung. Wooww…,
Amajing. Kalau mampir kesana jangan lupa jaga kebersihanya. Untuk tiket masuknya Gratis kok., tenang saja. Mungkin kita wajib menjaga kebersihanya.
Sudah ada tempat sampah jangan buang sampah sembarangan. Terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu kembali di cerita berikutnya. Salam explore Sejarah dan Budaya Indonesia dan banggalah menjadi orang Indonesia. (senyum manis sedikit mringis)
|
foto diambil th 1925. ada orang asli Tulungagung di pojok kiri bawah yang masih menggunakan pakaian jawa. foto diambil dari dokumentasi balai pelestarian cagar budaya Trowulan |
|
awal ditemukannya candi masih berantakan foto diambil dari dokumentasi balai pelestarian cagar budaya Trowulan |
|
setelah sedikit di rawat, sekeliling di tanami pohon kelapa. epik banget suasannya, foto diambil dari dokumentasi balai pelestarian cagar budaya Trowulan |
|
patung Bodha yang pernah ditemukan disekitar candi.foto diambil dari dokumentasi balai pelestarian cagar budaya Trowulan |
|
penampakan candi sekarang dengan warna keemasan ternea pantulan sinar mentari sore |
|
ada tangga yang digunakan untuk naik ke atas. |
|
penampakan candi dari depan sisi barat |
|
ini salah satu relief singa di dinding candi |
|
tumpukan batu bata disekitar candi |
|
si emon numpang narsis diatas candi |
|
Itong, saya ubah ke hitam putih, karena ada beberapa objek yang kurang pas di sekitar. |
Kok banyak fotoku yg dimasukin no hahaha
BalasHapushahaha.. maaf.. kmu kali ini jadi modelnya. hihihi..
HapusGapapa no aku seneng malahan jd model hahaha
Hapus