telaga Cebong, Sikunir, Dieng
Telaga Cebong, di komplek Sikunir, Pemandangan di depan tenda
Untuk part 1-nya bisaklik ini.. Dieng Part 1( hari 1 )
Lanjutan cerita saya mulai dari hari pertama malam, dimana kami selesai makan mie ongklok yang bikin eneg itu.. (jadi biar nyambung ceritanya kalian harus baca part 1). Setelah main poker sambil makan mie ongklok sekitar pukul 19.00 kami mulai melajutkan trip untuk nge-camp di Sikunir. Jarak antara Sikunir dan pusat Dieng ternyata cukup lumayan jauh. Itupun  beberapa jalan yang kami lalui gelap tanpa penerangan, belum lagi jalannya yang berbatu bergeronjal sampai kunci motor si Nita jatuh entah dimana. Kami pun juga baru sadar setibanya di Sikunir. Setelah sedikitnya panik karena kunci motor hilang, dan setelah tenda berdiri. Saya menemani Nita menelusuri kembali jalan yang kami lalui.. syukur-syukur kunci bisa ketemu. Tapi hasilnya zonk. Sejujurnya sewaktu saya menemani Nita, saya takut juga. Bagaimana tidak, udah malam hari, cuma cewek berdua, jalan yang kadang gelap tanpa penerangan, saya yang nyetir di depan. Takutnya jika tiba-tiba saya melihat mbak kunti lagi dipinggir jalan.. Hiiiiii… Dan akhirnya, karena kunci tidak ketemu, kami di bantu mas-mas penjaga Sikunir buat bongkar si motor. Alhamdulillah, dengan bantuan kawat dan  diotak-atik sedikit motor bisa jalan.. horee.. besok bisa pulang.. 
Sekitar pukul 04.00 hari jumat, suasana diluar tenda sudah pada berisik, saya jadi ndak bisa tidur. Udah dinginnya minta ampun pake berisik lagi. Saya sih niatnya ndak mengejar sunrise di Sikunir. Mending mlungker di tenda aja.  Tapi setelah saya kepaksa harus bangun karena mules, akhirnya saya memutuskan untuk ikut naik ke bukit Sikunir, walau dengan wajah yang seperti kaku membeku. Untuk naik sampai diatas dibukit sikunir kurang lebih tiga puluh menit. Itupun  kalau sangat-sangat lemot sekali. Jalannya cukup lumayan enak, dibuat tangga berudak. Tapi saya paling males kalau jalannya tangga, karena lebih terasa capeknya dari pada jalan setapak. Kalau tidak salah dari atas bikut sikunir kita bisa melihat gunung Prau, gunung Sindoro, dan beberapa puncak-puncak tertinggi di Jawa Tengah. Memang, bukit Sikunir ini termasuk spot penting Dieng karena menyajikan pemandangan spektakuler untuk sunrisenya. Ohh ya, untuk tiket masuk di Sikunir dikenai tariff  Rp 10.000 untuk kunjungan ke Bukit Sikunir, Telaga Cebong, dan Curug Sikarim. Sayangnya kami tak baca tiket kalau ada curug Sikarim. Tau  begitu kami pasti pergi kesana. Turun dari bukit Sikunir,, banyak penduduk sekitar menjual kentang rebus yang dimasak kecap yang enak. Awalnya, saya kira bulat-bulat kecil itu telur puyuh, tapi ternyata kentang. Sumprit rasanya enak apa lagi dimakan dengan tempe goreng yang hangat. Mantab. Mungkin juga karena kami sudah lapar. 

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
sunrise di puncak Sikunir. pemandangan yang spektakuler

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
Isna menikmati sunrise,

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
anget rasanya kena matahari pagi setelah kedinginan



telaga Cebong, Sikunir, Dieng
foto atas ke bawah. buka mata yang lebar Nun,, hihihi

ndak  lupa dunk penulisnya, background gunung sindoro

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
foto bareng lagi lah, walaupun wajah saya masih terasa kaku

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
ni anak ngapain ya,, beranten jangan di jalan dunk, kurang lebih medannnya seperti ini lah
Sampai di tenda, kami membuat sarapan pagi. Separonya,  memang kami masih lapar dari naik bukit Sikunir. Sarapannya sih memang mie instans, tapi yang bikin wow itu adalah pemandangan di depan tenda kami. Telaga cebong yang masih asri dengan langit yang biru cerah. Kapan lagi coba dapet pemandanganan seperti ini. Kalau malam hari, bintang-bingtang terlihat sangat cantik di telaga cebong. Telaga ini juga merupakan spot untuk nge-camp para pengunjung. Fasilitas toilet juga  lengkap. So, untuk yang pingin camping cantik, gag pake ribet dengan konsep nuansa alam yang indah, Saya merokemendasikan komplek Sikunir oke. 
menikmati kentang rebus dan gorengan anget-anget enak.. (karena laper mungkin)
kurang lebih pemandangannya seperti inilah.. telaga Cebong

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
pemandangan di depan tenda

ini tenda kita, mau bikin sarapan nih ceritanya

telaga Cebong, Sikunir, Dieng
lho,, rame kan ternyata, banyak tetangga juga

Setelah sarapan dan main poker yang saya hanya kalah satu kali,, wkwkwkw.. kami memutuskan untuk segera berkemas dan melanjutkan ke spot berikutnya. Spot berikutnya adalah telaga Dringo yang konon katanya mirip ranu kumbolo. Karena bukan termasuk spot yang sering dikunjungi wisatawan, akses untuk ke telaga ini cukup sulit. Itupun kami juga pake salah jalan. Singkat cerita, kami belum sempat sampai ditelaga, kami memutuskan  putar balik di tengah jalan karena jalannya memang parah sulitnya. Apalagi untuk kami berempat yang cewek semua.. maaap ya. Selain itu kami juga harus mengejar waktu demi balik ke Surabaya sebelum yudisium besok (yang ternyata ditiadakan). 
putus asa gag nyampe telaga Dringo.. mungkin suatu saat nanti kalau main lagi ke Dieng. kapan??

                Karena dompet sudah sangat menipis juga, kami jadinya tak sempat membeli oleh-oleh (yang banyak). Saya aja hanya membeli manisan carica yang memang dari kemarin saya penasaran. Ternyata carica adalah sejenis papaya yang buahnya kecil (seukuran apel) yang konon katanya hanya tumbuh di daerah Dieng. Berbeda dari pohon papaya umumnya, satu ppohon carica ini memiliki banyak cabang, bisa sampai enam cabang dalam satu pohon. Saking banyaknya buah ini disana, dibuatlah manisan yang menjadi oleh-oleh khas Wonosobo. Dan sepertinya industri ini termasuk indutri rumahan atau dijalankan oleh UKM. Rasanya sih mirip manisan papaya yang berkuah, cuman menurut saya tekstur daging manisannya lebih alot jika dibandingkan papaya. Haduh jadi pingin beli lagi… 
pohon carica, ya saudaralah sama pohon pepaya


salah satu kemasan manisan Carica.. pingin nyoba.. beli sendiri ya.

                Pulangnya kami mampir di Jogja, lebih tepatnya rumah mbaknya Nita, sekaligus mau nunut makan. Wkwkwkw. Trimakasih banyak  ya Nit. Oh ya..,, untuk pengeluaran trip kita kali ini kira-kira seperti ini lah. Bus SBY-Jogja Rp 51.000. Bus Jogja- Magelang Rp 15.000. Bus Magelang-Wonosobo Rp 25.000. Bus Wonosobo-Dieng  Rp 25.000. untuk menyewa motor 24jam Rp 150.000, jadi total untuk transportasi pulang pergi saja masing masing anak kena Rp 307.000,- belum dengan tiket masuk area wisata dan makan. So,, kalau mau ke Dieng dari Surabaya paling tidak persiapkan Uang Rp 500.000,- lah.. Hahaha.. oke selamat ngetrip ke Dieng ya, dan jumpa lagi di Trip berikutnya. Oh iya. Ketepatan bulan Agustus juga selamat ulang tahun INDONESIA Tercinta. Dirgahayu ke 71. Semoga Negriku makin indah jaya..

Dieng
pemandangan sewaktu perjalanan pulang. ini diatas ketinggian 2000 mdpl lho

Dieng
ya kurang lebih jalannya seperti ini lah 

Dieng
atau juga bisa seperti ini

Dieng
atau sambil naik bis seperti ini

see you next Trip ya.. Trimaksih banyak

untuk part 1 nya bisakunjungi ini.. Dieng Part 1( hari 1 )





kawah Sikidang, Dieng
Selamat datang di kawah Sikidang, Dieng Plateau

Hai-hai semuanya, Alhamdulillah saya diberi kesempetan untuk menulis cerita baru, itu artinya saya diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di tempat yang baru.. hihihi.. Sebelumnya  saya selalu memposting cerita baru setiap satu bulan sekali, namun karena harus menyelesaikan skripsi saya, ya ditunda dulu trip kemanapun demi menyelesaikan study. Maaf ya kalau menunggu lama cerita yang baru. Sebenarnya sih, libur lebaran kemrin saya dan keluarga saya menyempatkan diri main ke air terjun Dolo di kabupaten Kediri. Tapi dulu sudah pernah saya posting jadi saya skip saja ya. untuk review tempatnya bisa di klik disini (air terjun dolo)
                Indonesia sudah terkenal dengan Negara agraris dengan pertanian sebagai hasil utamanya. Begitu juga daratan Indonesia yang beraneka ragam mulai dari pegunungan, dataran tinggi dan pantai menjadikan apapun tanaman bisa tumbuh di tanah Indonesia. Salah satu dataran tinggi yang sangat terkenal di Pulau Jawa adalah dataran tinggi Dieng atau biasa disebut Dieng Plateau.  Dieng plateau terletak di Provinsi Jawa Tengah yang berada di perbatasan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Karena berada di atas ketinggian 2000mpdl komoditi utama yang dihasilkan adalah dari sektor  perkebunan disusul sektor keduanya pariwisata.  Hasil perkebunan yang dihasilkan diantaranya kentang, kubis, kol, daun bawang, dan carica. Penasaran buah apa carica ???  baca terus ya sampai habis. 

                Sebenarnya sudah sejak satu tahun yang lalu kami merencanakan pergi ke Dieng, eh bukan saya sih lebih tepatnya Nita dan Ainun yang ingin sekali pergi kesana sebelum kami disibukkan sebagai pengangguran., eh pegawai baru. Alhamdulillah tanggal 11 Agustus kemarin kami diberi kesempatan kesana. 
kawah Sikidang, Dieng
selamat datang di Dieng, seharusnya ini di paling awal, kiri ke kanan saya, Nita, Isna, Ainun

                 Saya tidak akan menceritakan hal-hal yang indah-indah dari trip saya kali ini. Karena memang tak mudah untuk mencapai kesananya. Jika kalian ingin foto-foto yang bagus , mungkin bisa di download dari mbah google. Kalau ditanya apa yang kalian pikirkan tentang Dieng?? Pasti jawabannya pegunungan nan cantik dan indah yang dingin dengan orang yang ramah. Benar sekali, namun satu lagi yang saya mau tambahkan yakni tempatnya yang nyempil di Jawa Tengah yang cukup meratakan pantat karena 12 jam perjalanan. Belum lagi harus ganti bis 4x demi mendapatkan pengeluaran yang semurah-murahnya.
                Well, mungkin tulisan saya kali ini akan jadi dua judul karena kami menghabiskan waktu disana selama dua hari. Sebenarnya kurang sih kalau dua hari, itu juga karena kami dikejar yudisium jum’at pagi yang gimanapun caranya kami harus sudah di Surabaya. Dan ironisnya yudisium dibatalkan.
                Hari pertama kami mulai dari Surabaya berangkat selasa malam pukul 23.00 dengan menggunakan bis. Sampai di terminal Jogjakarta Rabu pagi sekitar 05.30 kemudian disambung naik bis jurusan Magelang kurang lebih satu jam. Setelah itu naik bis lagi ke Kabupaten Wonosobo sekitar dua jam dan masih disambung lagi naik bis ke Dieng sekitar satu jam setengah.  Fiiiuhhh.. rasanya capek ganti bis. Tapi pemandangannya mulai spektakuler ketika kami melewati kabupaten Tumenggung yang jalurnya diantara gunung Sindoro dan Sumbing hingga tiba di Dieng.,  Keren abis pokoknya.  Untuk estimasi biaya akan saya cantumkan di akhir Tulisan ini ya. 

kawah Sikidang, Dieng
menunggu penyewaan motor di Patak Banteng

kawah Sikidang, Dieng
patner saya di beberapa Trip, terimakasih Nita diajakin kesini,di kawah Sikidang

kawah Sikidang, Dieng
salah satu pohon-pohon yang memang sengaja di pasang di kawasan Sikidang untuk tempat foto. sekali foto 5000


kawah Sikidang, Dieng
salah satu kawah yang mengeluarkan uap panas
kawah Sikidang, Dieng
senyum lebar dunk, akhirnya udah kesampaian bisa ke Dieng

                Kami tiba di Dieng lebih tepatnya di Patak Banteng  sekitar pukul 11 siang hari Rabu. Untuk muter-muter area Dieng kami sepakat untuk menyewa motor karena lebih bebas dan tentunya menghemat biaya. Tujuan pertama yang kami kunjungi adalah kawasan Kawah Sikidang. Untuk tiket masuk di kenai biaya Rp 15.000 untuk dua lokasi yakni kawah Sikidang dan komplek candi Arjuna. Kawah Sikidang sendiri merupakan sumber belerang yang mengeluarkan uap sangat panas yang dibawahnya terlihat cairan yang mendidih. Kawah Sikidang merupakan salah satunya kawah aktif dari kawasan vulkanik Dieng sampai dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga geothermal (panas bumi) yang dioprasikan oleh PT Geo Dipa energy yang sekarang menjadi BUMN. Dulu saya dan Nita sempat mengirimkan proposal praktek namun ditolak..,, hahaha.  Kawah ini  Letaknya bukan lagi termasuk kabupaten Wonosobo melainkan masuk kabupaten  Banjarnegara. Salah satu yang paling khas dari kawah ini adalah nuansa yang gersang dan tandus, mirip di luar negri. Bau belereng pun juga sangat menyengat. 
kawah Sikidang, Dieng
ini juga merupakan area yang disewakan untuk berfoto

kawah Sikidang, Dieng winona andnindyara
Hallow kamera,, saya sangat suka dengan foto ini

kawah Sikidang, Dieng
yang mau telur rebus matang dari kawah bisa di celupkan disini
             
kawah Sikidang, Dieng
foto bareng dulu dunk di depan pas kawah yang mendidih

kawah Sikidang, Dieng
suasananya ya seperti ini lah, kombinasi antara gersang, tenda sovenir dan bukit dan awan.awan panas dan awan dingin tentunya.
       Tempat yang kedua adalah komplek candi Arjuna yang letaknya lebih rendah dari kawah Sikidang. Cukup lumayan jauh sih, tapi karena kita pake motor jadi ndak terasa capeknya. Komplek candi Arjuna ini terdiri dari beberapa candi dinataranya candi Semar, candi Srikandi, candi Putadewa dan candi Sembadra. Saat itu terdapat salah satu candi yang sedang dipugar. Oonnya saya tak mengamati lebih lengkap yang mana candi-candi tersebut. Yang paling pasti adalah candi Gatutkaca yang berada tepat di depan pintu masuk. Sebenarnya komplek candi ini tidaklah begitu luas jika dibandingkan dengan komplek candi Jawa Tengah. Yang saya suka dari komplek candi ini adalah sekitarnya yang ditanami rumput jadi bisa duduk-duduk cantik sambil menikmati suasana. Lebih tepatnya suasana pegunungannya. Hihihhi.. Untuk desain jalan masuknya lumayan bagus karena di tepi spot jalan ditanami bunga terompet. Saya suka.  Pertanyaan saya, kenapa orang jaman dulu membangun candi di tempat terpencil yang tinggi dan dingin pula, why?.  

candi arjuna, dieng
jalanan menuju komplek candi Arjuna

candi arjuna, dieng
hai cantik, senyum dulu dunk, with background candi arjuna

candi arjuna, dieng
sepertinya ada salah satu candi yang dipugar deh
candi arjuna, dieng
katanya yang kecil itu candi semar dan yang atapnya tinggi itu candi arjuna

candi arjuna, dieng
tak lupa dunk foto bareng


                Setelah trip cepat di komplek candi arjuna, kami melanjutkan trip ke Telaga Warna. Namun karena sudah kesorean dan tutup kami ganti haluan ke Batu Pandang. Letaknya cukup jauh sih.. jadi sangat tepat kalau menyewa motor. Kesan pertama ketika  kami ketika tiba di tempat parkir adalah apakah kami tak salah tempat??. Jujur ya, kesan pertama saya adalah  apa wahhh-nya dari tempat ini. Yang tampak hanya gundukan bukit berbatu dengan jalan tangga setapak yang kanan kirinya ditumbuhi kobis dan carica. Kalau seperti ini mah, banyak di Jawa Timur. Tapi pemandangan sangat-sangat  berbeda akan kalian temukan ketika sampai di puncak bukit. Nuansa biru dan hijaunya telaga warna yng dikelilingi hutan kecil dan deretan pegunungan tampak indah dari atas bukit. Sumpritt bagus banget ndak bohong. Ini yang menjadi alasan kenapa gundukan bukit berbatu ini cukup banyak pengunjung. Ada juga outbond yang harus bayar lagi selain tiket masuk. Outbond-nya sih hanya menyebrang jembatan kayu yang sambungkan tali antara dua bukit. Saya sih tidak tertarik. Apalagi ingat budged sangatlah tipis. Wkwkwkw. Ow ya,, untuk tiket masuknya Rp 10.000 per orang. 
 
batu pandang Dieng
jalan awalnya mungkin nampak seperti ini. sama sekali biasa saja
batu pandang Dieng
tapi dibalik itu ternyata pesonanya luar biasa, talaga warna yang sepertinya lebih bagus dari jauh

batu pandang Dieng
hai guys,,  senyum dulu dunk, derita jadi tukang foto

batu pandang Dieng, winona andnindyara
dan yang bisa hanya foro sendiri, fiuhhh

batu pandang Dieng
lumayan lah jepretan ini.. walaupun menggunakan kamera buta..,

batu pandang Dieng
ini juga lumayan dengan sedikit editing, tlaga warna dari batu pandang



batu pandang Dieng
kalau naik keatas lagi kita bisa main outbond, kalau mau sih

batu pandang Dieng
outbond diatas batu pandang, tapi sayang cuma pendek.
batu pandang Dieng
ayo nun narsis dulu

  Setelah puas foto-foto, karena waktu sudah sore, kami melanjutkan kunjungan ke mie ongklok.. Hahaha. Sebenarnya bukan nama tempat, tapi nama makanan khas Wonosobo sekaligus makan malam kita sebelum bermalam di Sikunir. Itupun juga karena si Ainun pingin banget merasakan makanan tersebut. Mie ongklok sebenarnya seperti mie ayam dengan bumbu kacang tapi sangat asin dan manis. Toppingnya Ada tahu bacem goreng yang kami kira paru goreng. Aduh zonkk banget deh pokoknya. Saya sama sekali ndak suka.  Kata penduduk sekita sih, mie ongklok yang enak ya di pusat kota Wonosobo. So, besok kalau pingin icip mie ongklok saya sarankan di Wonosobonya aja. Kurang satu lagi yang membuat saya penasaran pingin icip, manisan carica. Masih penasaran kan dengan buah satu ini.. baca lanjutannya ya..
Bersambung…….
               
mie ongklok Dieng
menikmati mie ongklok yang fenomenal, agak maksa juga