Gunung merbabu
Pos 3 dari savana 1 
Hari kedua kami dimulai dari bangunnya ke dua cowok untuk setor harian di semak semak gara-gara makan kebanyakan. Hilangnya dua orang dari tenda, kesempatan buat saya untuk 
melanjutkan mimpi dengan sleeping bag yang bisa saya pake sendiri. Horeee.. 
Pagi itu saya masih menikmati tidur keran saking dinginnya saya ndak bisa tidur, sedangkan Nita sudah mempersiapkan sarapan pagi. Baru kali ini makan kami di gunung spesial, opor ayam dan ketupat. Tinggal membuat jeruk hangat dan sop. Mungkin tambah enak pula bikin susu hangat, namun saya selalu menghindari susu kalau di gunung. Karena menurut saya cepat membuat buang air. 
Setelah sarapan pagi, sekitar pukul sembilan pagi kami mulai menutup tenda dan melanjutkan langkah menuju savana 1. Wihh.. tanjakan setan di depan matapun siap menjemput. 
Owww iya, dari pos 3 ini juga tampak jelas di depan kami Gunung Merapi yang begitu megah.
Kadang asap keluar dari puncaknya. Alhamdulillah pagi itu langitnya cerah biru, namun kadang kala awannya silih berjalan menutupi pandangan.
Dari tanjakan setan, apa yang tejadi??? sedikit-sedikit saya harus berhenti melewati tanjakan setan yang memang benar-benar miring. Banyak juga para pendaki yang harus istirahat sebentar dan antri naik atau turun. Tapi walapun miring banget dan lebih sering membuat saya menggeh-menggeh, tapi jangan salah, Pemandangan dari tanjakan ini luar biasa. Kanan kirinya ditumbuhi bunga Edelweis dan di depan mata pemandangannya pos 3 dengan background gunung merapi yang di selimuti awan. Kadang kala kami harus hati-hati karena tanahnya kadang licin. Belum lagi ketika awan dan kabut sedang lewat, jarak pandang pun hanya dua meter. 
Puncak dari tanjakan setan adalah pos Savana 1 yang sudah banyak tenda berdiri. Tempat ini dikelilingi oleh bukit-bukit yang rendah dengan rumput savana dan pohon edelweis di sekelilingnya. 
Kebetulan ketika kami tiba disana, kabut tebal dan angin menyelimuti, jadi susananya semakin dingin. Tempatnya lumayan datar dan luas. Banyak pendaki memilih tempat ini untuk bermalam sebelum mereka melanjutkan ke puncak. Kami istirahat sesaat di tengh jalan sambil mengatur napas yang ngos-ngosan setelah melewati tanjakan setan. Ketika awannya hilang, medan ke puncak nampak jelas yang membuat saya semakin down saja rasanya. 
Setelah badan merasa dingin, kami melanjutkan penjalanan lagimenuju pos Savana 2 yang sepertinya hanya melewati satu bukit lagi. Sepertinya juga, satu bukit itu tidak setajam tanjakan 
setan, tapi rasanya saya sudah sangat ngos-ngosan. Mungkin karena sudah diatas ketinggian ya, bisa jadi oksigennya yang sudah mulai berkurang. Di pos Savana 2, suasannya masih sama. Masih di kelilingi rumput savana dan bunga Edelweis, dan lebih rimbun lagi kabut yang menutupi. Belum lagi anginnya semakin tambah kencang di sana.

Tanjakan Setan kalau jaraknya dilihat dari dekat 

Gunung merbabu
Bunga Edelwais yang mulai banyak tumbuh ditas ketinggian 2500 mdpl 


istirahat di tengah jalan 

Gunung merbabu
Pos 4 Savana 1 yang lumayan Ramai 

Pos Savana 2 menurut saya lebih dingin dari Savana 1, dan anginnya lebih kencang. Kabut juga masih tetap sama, hanya saja daerah datarnya lebih luas lagi daripada savana 1. Banyak juga tenda-tenda sudah berdiri disana. Saya ndak bisa membayangkan, pasti di Savana 2 ini lebih dingin daripada pos 3 kalau malam. Bbrrrr…
Nah dari pos savana 2 ini, pemandangan di depan mata adalah tanjakan ke arah puncak. 
Sama sih seperti tanjakan setan, Cuma bedanya mungkin panjangnya dua sapai tiga kali lipat dari tanjakansetan. Duh, belum melewatinya saja, rasanya saya sudah ngos-ngosan. Di papan savanna 2 sih ditulikan pos savanna 2 – pucak kurang lebih 1,5 jam. Bayangkan kalau itu saya yang melewati, bisa jadi memakan waktu dua kali lipat dari estimasi waktu normalnya. 
Nita menyarankan untuk melewati bukit di sebelah kiri tanjakan dengan medan yang banyak rumputnya, karena dulu dia menggunakan jalur tersebut. Saya mah ngikut saja, barangkali juga memang tanjakan ndak setajam bukit di depan yang mengerikan. 
Ternyata.. ee ternyata.. tanjakan bukit berumput ini tidak bisa di sepelekan. Kelihatannya sih memang tidak setajam tanjakan depan yang jelas kontur tanahnya. Tapi ternyata, sama parahnya. 
Sedikit-sedikit, lima langkah saja saya sudah menggeh-menggeh ndak karuan. Namun sisi positifnya, pemandangan dari bukit ini lebih bagus. Dikelilingi bukit-bukit berumput dan berwarna hijau dan tampak jelas pos savana 2 dan savana 1 dari atas. Oww ya ternyata di atas juga dibangun tower penguat sinyal. Bahkan Emon sempat menerima pesan w.a di atas. 
Dari bukit berumput yang kami menyusuri punggungannya menuju puncak ini, pemandangannya luar biasa. Tampak bukit-bukit savanna di seberang dan pos savanna 1 dan 2 terlihat dari atas. Tapi kalau awan sedang bergerak, nah pemandangannya itu hanya papan tulis, Putih semua. Bisa jadi kalau seandanya kami berangkat pagi berburu sunrise di puncak kami mendapatkan pemandangan yang luar biasa diatas. 
Oww iya dari punggungan savanna ini, puncak sama sekali tidak terlihat. Saya sempat down juga karena rasanya seperti masih jauh saja puncaknya. Tapi walapun sudah hands-up tapi saya 
berusaha mengumpulkannya lagi di tingkungan pohon kering. Rasanya seperti teripu beberapa kali oleh belokan yang seolah-olah kurang sedikit lagi. Tanya pada temen-temen yang berpapasan di jalan katanya kurang sedikit lagi. Lima belas menit kalau tidak istirahat. Hiaa…. 
Sampai pada akhirnya, tampak beberapa orang di atas yang sudah berteriak “Puncak ayo puncak, kurang sedikit lagi”. Tapi ya itu..,, kalau mendekati puncak, bukannya semangat tambah lari,
Eee saya malah tambah parah istirahatnya. Sampai pada akhirnya, hanya kurang lima langkah lagi di 
gang sempit menuju puncak, rasanya sudah pingin menyerah. Ayoo.. kurang dikit lagi. Sampai pada 
langkah terakhir di atas, “teekk..” saya langsung duduk. Padahal jalan sudah datar dan tiang puncak 
tinggal lima langkah. 
jalan yang lumayan datar 



Gunung merbabu
para pendaki yang mulai balik 

Gunung merbabu



.

Gunung merbabu

kabut yang menyelimuti pos 4 


Gunung merbabu
Pos 5 Savana 2 yang tertutup oleh kabut dan awan 

kami harus menaiki bukit bersemak yang ternyata lumayan terjal ini menuju puncak 


hanya ilalang dan edelweis 

Gunung merbabu
Nemu pohon meranggas yang lumayan Epik 

Gunung merbabu

Emon minta di foto 

Gunung merbabu

Gunung merbabu

kabut yang selalu menyelimuti pos 5 savana 2 samapai puncak 


Gunung merbabu
merapi yang mengintip -ngintip 
Tertulis “Triangulasi Peak 3145 mdpl, Gunung Merbabu National Park Indonesia” Horeee… Alhamdulillah akhirnya sampai juga, walapun 2 malam tanpa tidur. Di puncak susananya sudah ramai. Tidak hanya pendaki dari jalur Selo saja, ada pendaki dari jalur yang lain yang nanti turun viaSelo. Ooww Ya.. di Merbabu ini ada dua puncak. Puncak yang kedua hanya beda lima meter lebih rendah dari puncak utama. Karena sudah ngos-ngosan dari tadi dan rasanya memang kurang tidur, saya lebih tertarik tidur dari pada nyemil jajan di atas. Padahal sudah saya siapkan lapis lekit dari pos 3. Bayangan saya, pasti rasanya enak sekali menikmati lapis lekit di puncak. Tapi realitanya sama sekali berbeda. Di puncak, di depan tugu pas atau lebih tepatnya kami bertiga, saya, Emon dan Nita duduk di semen kaki Tugu. Saya sempet tidur lima belas menit karena memang sudah ngantuk sekali. Bahkah mau foto-foto saja rasanya malas melangkah. Belum lagi air yang hanya tinggal sepuluh tegukkan. Bisa jadi kami turun nanti ndak ada bekal air.
Sekitar setengah jam, setelah badan terasa dingin lagi dan ngantuk ilang, mulailah beranjak foto-foto. Hahaha… Mungkin sekitar lima belas menit, yang kemudian kami harus segera turun agar kami tidak kemalaman karena senter kami semuanya sudah pada K.O. Belum lagi perjalanan turun saya pasti lama juga. Apalagi kalau jalannya tanah berpasir yang gampang membuat orang terpeleset.
Setelah foto-foto kami langsung turun dari puncak. Perjalanan turun saya di tanjakan setanpun ternyata sama lamanya dengan naik. Bisa jadi karena ramai sekali dan tanahnya banyak kerikil yang sering memuat terbeleset. Saya ndak mau terpeleset dua kali setelah berangkat kemarin saya dijatuhkan Emon dari motor dan kaki saya jadi biru sekarang.
Nita turun lebih dulu, karena dia tahu kalau jalan saya lama sekali. Ia mempersiapkan makan lebih dulu agar nanti ndak kelamaan memasak. Hahaha.. saya bersyukur sekali punya tim kali ini yang luar biasa tanggap. Luar biasa sekali kalian.. #tepuk tangan.
Singkat cerita, setelah makan, menggulung tenda, packing, kami segera turun yang jam menunjukan pukul 4. Kalau bisa, kita harus sudah sampai pos perijinan sebelum malam. Perjalanan naik dari pos perijinan sampai pos 3 kurang lebih 3,5 jam dan kadang kala estimasi waktu turunnya separo dari perjalanan naik. Tapi itu berlaku untuk normalnya. Bukan untuk saya yang pasti lebih banyak makan waktu. Hahaha…
Alhamdulillah, turun sambil berlari, kami sampai di pos perijinan menjelang mangrib tepat. Kurang lebih perjalanan kami satu setengah jam. Untungnya, kami bertemu teman-teman dari Jogja di jalan yang sepat kami nebeng senter, barang kali kemaleman di jalan. Tapi Alhamdulillah juga ndak sampai kemaleman tiba di pos perijinan. Emon sempat bilang, kadingaren saya bisa turun berlari dan lupa ngerem. Ya gimana ndak lari, mana mungkin saya berani di hutan malam hari tanpa
senter. Mau ndak mau, kami harus tiba di basecamp sebelum hari gelap. Kebetulan juga jalannya ndak licin, Jadi enak buat berlari.
Untuk `cerita perjalanan kali ini, Terimakasih banyak untuk Nita, Teman kuliah saya yang dari kuliah sudah banyak menemani saya main, terutama ngalas. Kali ini saya sudah banyak dibantu, Termasuk di jemput di Klaten dengan service yang begitu Oke. Juga Buat Doni, Adek Nita yang mau ikut pertama kali di acara dolan ndak jelas yang lebih baik bobok hangat di rumah daripada kedinginan di gunung. Untuk si Emon., big thanks for you brother. Yang dengan sabar selalu
menunggu saya jalan pelan-pelan sampai kami tiba di puncak, yang sering menawarkan untuk membawakan tas saya karena tau kakaknya ndak bisa jalan cepat. Hahaha... Terimaksih untuk
semuanya yang selama ini setia membaca blog saya. Saya sangat berharap semoga saya selalu bisa menulis blog lagi walaupun bukan dengan tema Gunung. Terimakasih atas semua gunung yang selama ini saya kunjungi yang akan selalu memberikan pesona dan kenangan di kepala saya.
#Salam Lestari Indonesia Tercinta

Gunung merbabu
Hore sampai puncak Akhirnya 


Gunung merbabu

Gunung merbabu
walapun dengan sangat lemot sekali akhirnya sampai puncak 


perjalanan turun ke pos perijinan