air terjun dolo kediri
Air terjun Dolo tempat ke dua. lebih kecil dari air terjun utama tapi lebih sejuk.


    Air terjun Dolo, merupakan salah satu dari sekian banyak air lereng gunung wilis yang berada di Besuki kabupten Kediri. Air terjun  ini berada pada ketinggian 1800 meter diatas permukaan laut sehingga memiliki suhu yang sangat dingin dan suasananya selalu berkabut. Karena berada pada ketinggian 1500 meter dpl membuat vegetasi disekitarnya juga berubah. Disekelilingnya merupakan hutan hujan tropis dengan banyak ditumbuhi pohon yang masih rimbun dan besar serta banyak tumbuhan paku. Kadang kabut sering berseliwirean sehingga jarang pandang hanya sebatas lima meter.
     Minggu lalu, memenuhi janji saya ke adik-adik saya yang minta liburan karena nilai rapot yang bagus, saya, dua adik saya serta ibu saya melajukan motor ke air terjun Dolo. Itung-itung juga sekalian main karena sebelumnya saya belum pernah kesana walaupun bisa dikatakan cukup dekat dengan rumah saya di Tulungagung. Rute yang kami lalui adalah lewat perbatasan kota disebelah barat dengan nuansa sawah-sawah yang hijau.
Setelah sampai di jalan besuki, kami belok kiri dan mulailah memasuki daerah lereng yang jalannya naik terus. Dari jalur utama sampai tiket perbayaran jaraknya lebih dari 10 km dengan medan yang naik. Banyak juga jalur tikungan tajam naik yang akhirnya pengendara harus turun. Hihi.. termasuk saya.

suasananya masih lebat dan rimbun, lebih sering tertutup kabut

     Sebelum memasuki kawasan air terjun, ada juga kawasan kebun stroberi dan bisa dipetik sendiri. Kanan kiripun banyak rumah-rumah yang menanam sayuran di polybag. Seru sih, namun jika dibandingkan di daerah pegunungan lainnya seperti daerah bromo, malang, jauh lebih besar lagi. Hehe..
     Memasuki gerbang pembayaran tiket, satu orang dikenai 7000 di weekend dan 5000 di hari biasa dan total bersama 2 motor menjadi Rp 32.000,-.  Barulah…, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan yang lebih besar dan suasana yang sangat berbeda. Kanan kiri merupakan hutan tropis yang masih rimbun, lebat dan tak ada rumah sama sekali. Kadang jarang pandang juga akan tertutup ketika kabut lewat. Tanjakan juga semakin tajam karena motor harus pindah ke perseneling satu. Barulah 5 km berikutnya kami memasuki kawasan tempat parkir air terjun. 
     Suasana di tepat parkir sih, ramai banget. Banyak mobil dan motor sudah nangkring disana. Banyak juga warung-warung yang buka disekitarnya. Mungkin karena weekend dan libur natal.  Dugaan sayapun pasti air terjun tidak jauh lagi dari sini. Menurut referensi yang saya baca dari internetpun juga tinggal menuruni anak tangga.
     Memasuki track jalan kaki, kami harus menapaki tangga turun dengan suasana kiri kanan hujan yang masih alami banget. Mungkin untuk pecinta nuansa alami, air terjun dolo ini bisa menjadi rekomendasi. Berbeda dari air terjun  tumpak sewu lumajang yang saya posting sebelumnya, suasana di air terjun dolo ini lebih cenderung gelap, lembab, rimbun, dingin dan berkabut. Pas banget untuk saya yang suka suasana alami.

air terjun dolo kediri
sedikit dari sekian ratus anak tangga.
      Kami harus menuruni 820 anak tangga untuk mencapai spot air terjun, itupun yang ngitung bukan saya, tapi adek saya. Hahaha. Lumayan juga untuk menguras keringat ketika pulangnya nanti. Bahkan banyak pengunjung yang sudah kewalahan ketika turunnya, apalagi naiknya.
      Sampai di spot air terjun , kita disuguhi pemandangan air terjun dengan ketinggian 120m yang jatuh bebas dari tebing. Kala itu suasananya ramai sih, sehingga kurang enak kalau dibuat foto-foto, sampai saya pindah ke air terjun satunya yang jaraknya hanya lima meter dari air terjun yang pertama. Disini suananya lebih sepi dan lebih rimbun. Banyak di tumbuhi pohon yang lebat di kanan kirinya.
air terjun dolo kediri
air terjun utama dengan ketinggian lebih dari 120m

air terjun dolo kediri
enaknya jika hutan selalu seperti ini.. dinginn...
      Sebenarnya, air terjun yang satu ini tingginya sekitar dua meter saja, namun dibawah grojokan air itu terdapat kolam   yang cukup seru untuk berenang, sampai adek saya aja melompat dari dari diatasnya dan terjun ke bawah. Saya sih, lebih suka air terjun ini dari pada air terjun utamanya yang lebih ramai. Sampai saya bela-belain ciblon lagi meskipun sedang sakit flu. Alhasil flu saya tambah parah.
      Untuk fasilitas disekitarnya sih,  saya kira lumayan bagus, sudah ada toilet lengkap dengan WCnya, jalannyapun sudah tertata bertangga namun tetap menjaga desain alaminya. Namun sekali lagi sayang, masih banyak saya temui sampah yang dibuang sembarangan.

air terjun dolo kediri
karena saya suka suasana seperti ini, jadinya foronya saya banyakin

ayo ciblon, walapun dinginn..

renang juga akhirnya
Mungkin sekarang lagi maraknya acara jalan-jalan yang konon katanya My My itulah, namun hebohnya hal tersebut hanya akan melahirnya para penikmat alam yang suka jalan-jalan dan pamer foto tanpa peduli lingkungannya.

tapi sayang banyak yang tak peduli dengan sampah
      Kalau menurut saya sih ya, percuma kalau bisanya pamer foto, pake  alay lagi, tapi tetep aja membuang sampah sembarangan. Apalagi sampai rusak seperti zombie VS plant seperti di jogja kemarin. Duh.. duh.. parah. Saya sih hanya bisa memulainya dari diri sendiri, tingkatkan kepedulian diri  tentang menjaga kelestarian alam, semoga akan menular ke orang lain.  So, Salam lestari ya Dan sampai ketemu lagi




  
tumpak sewu lumajang
indahnya air terjun cuban sewu. niagara van indonesia
 Setelah puas foto-foto di kapas biru, Air terjun berikutnya yang kami kunjungi adalah air terjun Cuban Sewu. Sebenarnya masih satu jalan utama dengan air terjun Kapas biru namun hanya saja beda gang masuk.
   Dilihat tempat parkirnya yang cukup luas dan banyak motor disbanding  air terjun pertama, Sepertinya juga  air terjun yang satu ini lebih bagus dari sebelumnya. Apalagi kalau melihat foto di internet, bentuknya hamper mirip Niagara, hanya saja lebih kecil dan dikelilingi tubuhan hijau.
Setelah makan siang mengisi tenaga yang tadi sudah habis, kami mulai menapaki jalur ke air terjun. Dipermulaan, jalannya cukup lebar seukuran mobil, namun karena musim kemarau tanahnya kering dan tentu debunya cukup membuat hidung bersin-bersin. Barulah setelah sepuluh  menit berjalan tibalah kami di persimpangan.  Di persimpangan ini kami diberikan dua pilihan, kekanan kearah pemandangan dan kekiri kearah bawah air terjun. Tentunya, yang kami pilih kearah pemandangan terlebih dahulu karena jaraknya hanya lima puluh meter dibanding ke air terjun yang lebih jauh. 

tumpak sewu lumajang
pemandangan cuban sewu dari atas

    Ada apa disana?? Tempat Pemandangan, ternyata adalah tempat melihat air terjun cuban sewu dari atas. Jadi terlihat seperti air terjunnya berada dibawah dan lebih rendah dari posisi kita. Bentuknya seperti gerojokan air yang membentuk melengkung dan bersamaan terjun ke bawah. Saat itu sih terlihat tidak sebesar air terjun kapas biru. Mungkin karena debit airnya berkurang dimusin kemarau. Kalau diamati dengan teliti, sumber air muncul dari dinding-dinding tebing, jadi bukan berasal dari aliran sungai diatasnya. Dan Kalaupun dilihat permukaan atas air terjun itu adalah daerah lereng pegunungan yang tanahnya kering dan ditumbuhi pohon. Ada sih  sungai,              hanyalah satu. Itupun airnya coklat dan debit airnya tidaklah terlalu banyak. Setelah puas melihat dan foto-foto barulah kami melangkahkan kaki ke dasar air terjun.
    Langkah-langkah pertama jalur yang dilalui cukup seru, jalanan menurun tajam tapi masih bertanah dan  kanan kirinya dibatasi pagar bambu untuk berpegangan. Namun kalau tidak berhati-hati sangatlah bahaya karena lebarnya hanya setengah meter dan  tepat  di tepi tebing. Langkah berikutnya baru lebih menantang, jalur tanah berubah menjadi anak tangga bambu yang cukup untuk satu kaki. Kanan tebing dan kiri jurang. Belum lagi jalannya yang turun dan menantang. Dan benar-benar harus hati-hati untuk melangkah karena bambunya disusun perlangkah. Saya rasa perjalanan ini lebih extrim dari jalur sebelumnya. Apalagi kita juga melewati grojokan air terjun, turun diantara batu-batu, dan melangkah diantara susunan bamboo yang kanan kirinya langsung jurang. Super sekali. 

medan untuk turun ke dasar seperti ini lah kurang lebih

ada juga yang melewati air terjun

   Perjalanannya sekitar setengah jam Sampai akhirnya kami sampai di dasar ngarai. Nah, pemandangan didasar ngarai adalah tebing-tebing tinggi di kanan dan kiri. Spektakuler banget. Setelah itu,  Barulah kami menelusuri sungai menuju pusatnya, air terjun Cuban sewu. Kamipun harus menyebrang sungai yang aliran airnya cukup deras. Bahkan kalau tidak berpijak cukup kuat, kita bisa terbawa arus sungai. 

tumpak sewu lumajang
tiba di dasar ngarai

ada yang nyebrang sungai juga
    Tiba di tempat utama, saya terpana. Menakjubkan... Sederetan air terjun yang jatuh dari tebing yang tinggi yang spektakuler dan dikelilingi pemandangan ngarai hijau disekitarnya. Beda dari air terjun sebelumnya, air terjun Cuban sewu ini terdiri dari sumber-sumber air yang banyak dan berderetan ditebing. Sumber airnya pun tidak sederas kapas biru. Namun sensasi kabutnya itu yang bikin seru. Saya sampai kebingungan untuk ambil foto karena belum siap ambil gambar saja kabutnya sudah menutupi lensa. Tapi yang pasti sangat seru banget, apalagi kalau disempatkan mandi. 
beauty of cuban sewu

tak lupa dunk fotografer sekaligus artisnya

   Puas foto-foto di Cuban sewu, kami melanjutkan perjalanan ke goa tetes. Saya baru sadara Ternyata  jalannya hanya tinggal menelusuri sungai dan masih  sederetan dengan Cuban sewu. Kata orang- orang Cuban sewu dan goa tetes sudah beda kabupaten. Jadi tepat ditengah-tengah sungai adalah perbatasan kabupaten malang dan lumajang. Air  terjun goa tetes ini bentuknya sih mirip tebing  dengan dihiasi stalagtit tanah dan airnya jatuh dari stalagtit-stalatit tersebut. 


ada banyak air terjun dalam sekali perjalanan. salah satuanya gua tetes ini

ini juga boleh. hayo mana ini orangnya??
    Saya begitu melting diperjalanan ini. Bagaimana tidak, sepanjang perjalanan saya menelusuri sungai  ada sekitar enam air terjun kami lewati. Mulai dari air terjun Cuban sewu, goa tretes, dan masih banyak lagi sampai saya bingung namanya. Ada juga air terjun dibawahnya dibentuk kolam alami sehingga pengunjung sekalian bisa berenang. Perjalanan berikutnya pun, kami juga menemui air terjun yang sekalian kami harus mendakinya karena merupakan jalur balik. Banyak banget deh pokoknya. Dan yang terakhir air terjunnya berbentuk tangga dengan dihiasi batu berwarna kuning. Itupun juga berundak-undak. Saya rasa air terjun tumpak sewu ini lebih cocok diberikan untuk sederet air terjun ini. Karena memang banyak sekali dalam satu jalur. Manteb pake B pokoknya trip saya kali ini. Walapun perjalanannya cukup lumayan melelahkan namun saya rasa cukup puas ketika melihat pemandangan yang disajikan. Mungkin untuk para petualang sejati tidak akan kapok untuk datang kesini lagi. Termasuk juga saya. Wkwkw.. 
air terjun ini juga boleh. sampai saya bingung apa namanya
ini air terjun yang paling rame. karena dibawahnya ada kolan alaminya


dan ini adalah kolamnya

    Semoga air terjun ini bisa tetap selalu terjaga kelestariannya, baik alamnya maupun kebersihannya. Terimaksih juga pada teman-teman, mbak Ay yang tak lupa mengajak saya. Thank you pada para pembaca yang selalu mendukung dan tak bosan membaca. Semoga tulisan kali ini bisa menambah wawasan betapa indahnya Indonesia. Salam Manis Traveling dari Saya. 
foto bareng dulu lah
ini air terjun yang paling akhir
jangan lupa untuk narsis dulu

pemandangan dari kejauhan