salah satu kegiatan masyarakat pada hari raya galungan
Sebenarnya, harusnya saya sudah lama memposting cerita ini. Namun karena belum ada waktu buat nulis, ya.. jadinya sekarang. Kalau ngomong soal liburan ke Ke Bali. Mungkin udah terdengar “Basi.” Apalagi semakin berkembangnya teknologi membuka mata kita tentang tempat-tempat baru yang lebih cuuantikk lainnya. Tapi bagi saya ini adalah kesempatan emas bagi saya yang belum menjelajahi Bali sepenuhnya. Apalagi sudah gratis segalanya ditambah dapat bonus ini itu. Rencana ini sebenarnya sudah di “planning” tiga bulan sebelumnya. Dan  tepatnya hari yang pas adalah liburan lebaran yang cukup lumayan panjang. Lima hari setelah lebaran, kami berangkat ke Bali walaupun “sedikitnya” terpakasa karena belum “kateg” bertemu  saudara- saudara yang lain. Apalagi kali ini saya jalannya bukan dengan orang tua saya melainkan bersama pakde, bude dan sepupu saya.
Jam tujuh malam, kami mulai melangkahkan kaki meninggalkan kampung halaman. Paling nggak dengan membawa kendaraan sendiri. perjalanan kami lebih santai tanpa terburu waktu seperti paket wisata. Perjalanan malam ini sengaja kami pilih, untuk  menghidari panas dan ramainya jalan. Paling nggak,  .tiba di Bali. Tepat Esok paginya ketika “sun rise”.




sunrise yang malu-malu
berbaris di tepi pelabuhan

penyelamat di atas very
Jam menunjukkan  pukul sembilan pagi, setelah chek in hotel kami memutuskan jalan ke nusa dua..  kalau di peta, pantai ini terletak di plengkungan kecil bagian selatan pulau bali. jadi banyak banget sisi pantai disini.
DUa jam kami "muter-muter" bali. mencari jalan-jalan alternatif yang lebih deket, namun yang ada kami tambah nyasar ndak karuan sampe tiga jam. Alhasil kami tiba di pante pukul satu siang yang matahari panas-panasnya berterik. Duh... Gosoongin kulit nih.
 Yang saya suka dari pantai ini adalah tatanan tamannya yang bagus.. dihiasi hotel-hotel  dan cottage kelas elit di pinngirannya lengkap dengan kolam renang. mmm.. lumayan nih kalau nginep disini tapi kantungnya yang bikin " ngenes". 
biasalah, pantainya biru

ombak menatap karang yang spektakuler



jalan bareng

nunut narsis


 Karena pake nyasar tiga jam, kami harus mengikhlaskan 1 jam  jalan-jalan disini. Padahal ya. masih ingin hunting foto lebih banyak lagi. Tapi apa boleh buat, demi sunrise, di pantai drea land, kami segera cabut dari sini.
Pembangunan di sekitar pantai dreamland cukup lumayan pesat. Beberapa cottage dan hotel dengan nuansa modern menghiasi kiri kanan disana. Turun dari mobil, kami di jemput dengan angkutan yang khusus mengantar para pengunjung dari lapangan parkir menuju pantai. Enak sih. dengan demikian, pengunjung bisa lebih teratur, tapi antriannya itu lho yang muales.. belum lagi rebutan. 
Tiba di pantai sekitar pukul setengah lima, kurang satu jam lagi Sunset tiba,  ingin hati nunggu sunset dengan hunting foto, ealah,, batrai kamera kok ya pas habis. Alhasil lagi, nggak sempet dapat banyak foto. yah..  paling nggak, dapat foto dibawa ini lah

me in siluet



pantai coro
pantai coro
     Minggu kemarin, tepatnya tanggal 13 oktober 2013, dua hari sebelum hari raya Idhul adha, saya dan sahabat saya Ulfa, menyempatkan diri untuk pulang kampung (karena sama-sama sedang menempuh kuliah).
      Setelah memberanikan diri, hari Sabtunya pulang ke Tulungagung dari Surabaya naik sepeda motor sendiri dengan kondisi kena cacar air dan nyasar satu jam, Akhirnya pukul satu siang saya sampai di kota tercinta. Ah.. leganya.
        Minggu pagi, saya menjemput Ulfa di rumahnya. (kebetulah rumah kami cuma berjarak empat rumah) yang memang saat itu sangat mendadak tanpa ada kabar sebelumnya. Sontak, si Ulfa malah jingkrak-jingkrak  kegirangan karena saya tawari main ke pantai.  Karena saat itu saya sedang ada motor, tidak saya sia-siain donk kesempatan buat dolan.
        Dan sekitar pukul sepuluh siang,(yang matahari hampir terik-teriknya) kami memutuskan untuk memilih pantai Coro sebagai tempat tujuan kita.

pantai coro
jalan setapak yang harus kami lalui

       Perjalanan kami memakan waktu sekitar satu jam dari rumah kami. Rute dan arah ke pantai coro sebenarnya sama dengan ke Pantai Popoh. Bahkan pantai coro merupakan satu komplek dengan pantai Popoh yang memang jarang sekali orang mengunjungi pantai ini. Mungkin karena aksesnya yang sulit dan konon pantai coro dulu merupakan pantai pribadi yang baru dibuka untuk umum akhir-akhir ini.
         Kami memilih rute umum, yakni melewati campurdarat (tempat tambang marmer) kemudian naik bukit dan masuk post pembayaran pantai popoh, barulah kami memilih jalur ke arah reco sewu. nah disinilah kami harus turun dari motor dan  mulai berjalan menuju pantai coro.
pantai coro
pemandangan laut bebas ketika jalan kaki

         Mungkin untuk para pelancong awal yang belum tahu pantai coro bisa bertanya pada penduduk sekitar karena memang tidak ada tanda atau arah menuju pantai ini.Jalannyapun masih berupa makadam dan setapak yang hanya bisa ditempuh dengan berjalan. Dan kami harus naik turun  tiga bukit yang ditanami pohon jati dan ladang penduduk. Di sekitar bukit itu banyak sekali ditumbuhi pisang byar dan ruput ilalang Dan sesekali jalan, kita bisa melihat pemandangan laut bebas yang sangat menawan. Setelah satu jam kami berjalan naik turun melewati bukit itu,  sampailah kita di lokasi kejadian. Eh.. lokasi tujuan, Pantai coro.. Hore...^_^.

pantai coro
kombinasi pasir putih dan karang

   Pantai coro merupakan salah satu pantai yang memiliki pasir putih diantara belasan pantai pasir putih lainnya di Kabupaten Tulungagung. Pantai ini sudah dibuka untuk umum, namun masih belum ramai dikunjungi. Pantai ini memiliki panjang sekitar 400m yang dihimpit oleh bukit karang di barat dan timurnya dan menghadap ke pantai selatan sehingga memiliki ombak yang besar. Disekitar pantai inipun pemandangannya masih bukit-bukit ladang penduduk dan tidak ada sama sekali pedagang makanan dan minuman disini. Mmm.. serasa pantai pribadi. saat itu pula hanya saya, ulfa dan lima orang yang sedang main dipantai itu.
pantai coro
batu karang akan menghiasi pantai ketika surut

        Pemandangan lain akan nampak ketika diatas jam dua belas siang dimana air laut akan surut. Pasir putihnya akan dipercantik dengan batuan karang yang nampak. Bahkan saya bisa berburu ikan-ikan kecil yang warna-warni diantara karan-karang. (imut nya). Jika kalian beruntung beberapa bangau laut akan nampak mendarat diantara karang-karang ini untuk mencari ikan.

pantai coro
bangau mencari ikan. hayo.. bisa nemuin gambarnya ndak??
      Sebenarnya pantai ini memiliki potensi wisata yang cukup tinggi untuk icon kab. Tulungagung. Namun saya berharap pengelolaannyapun juga harus benar dan tidak merusak lingkungan. So,,.. jaga terus kecantikan Bumi pertiwi ya.

pantai coro
mengejar ombak
pantai coro
santai sejenak

pantai coro
sudut lain pantai ini
pantai coro
narsis dulu yukkss....
pantai coro
free with sand and air



pantai coro

yuk berenang
Untuk masalah jalan-jalan, saya memiliki prioritas tertinggi kedua. Mungkin kalau dijadikan presentase, 30% jalan-jalan plus motret yang tidak bisa di ganggu gugat. Pernah saya diatawani menjadi salah satu anggota organisasi karena mungkin pengalaman saya. Namun, ketika di secrening dan ditanya berapa persenkah keinginan anda untuk menjadi anggota, dan saya menjawab 2%. Alhasil, sukses saya tidak diterima. Nah untungnya, saya memiliki lingkungan yang cukup medukung hobi saya ini. Meskipun belum banyak tempat yang saya kunjungi. Salah satunya Jogjakarta, yang sebenarnya jaraknya lebih dekat daripada bali dari rumah saya. (Busyet. Cupu nih belum ke sana). Sebagai seseorang yang masih menyandang status mahasiswa, yang belum punya penghasilan sendiri dan mengggantungkan hidup dengan kiriman orang tua. Saya menyiasatinya dengan traveling dengan biaya paling murah ato bisa juga cari gratisan. Hehehe. Kalau misalnya saya ingin jalan-jalan ke alas (hutan) biasanya, saya ikut dengan Pencinta Alam di SMA. Ya lumayan lah sebagai senior tentunya kita mendapat banyak gratisan. Alhasil, makan udah disiapain. Alat udah dibawain. Tenda udah di bangunin. Tinggal dateng dan leyeh-leyeh deh.. hehehe. Ada sih sedikit dana keluar ketika kita mau traveling ke gunung. Tapi paling tidak, nggak mengeluarkan budget banyak karena patungan dengan banyak orang. Ini juga merupakan alasan kenapa saya dulu ikut pecinta alam. Paling nggak jalan-jalan ke gunung tidak terlalu mengeluarkan banyak biaya. Kan Di gunung kan nggak ada super mall.. hehehe Nah kalau treveling ke tempat-tempat yang mewah. Waduh.. saya masih belum kuat bayar. Tapi untungnya saya punya bude dan pakde yang lumayan tajir dan suka banget jalan-jalan. Dan sebagai keponakan yang sering main ke rumahnya. Ya. Otomatislah. Sering di ajak jalan-jalan. Salah satunya, liburan lebaran kemarin kita jalan-jalan ke Bali selama lima hari, mengunjungi tempat-tempat yang belum aku kunjungi dan tentunya Gratis makan, hotel, oleh-oleh, jajan. (edisi lebih lanjut, akan aku bahas di edisi Khusus bali.) Dua minggu ini, saya ikut bude dan pakde mengikuti acara minggu rutin mereka. Hiking cantik di trawas, lerengnya gunung welirang (info lanjut, tanyak ke mbah google) bersama community mereka. Nah nampaknya juga ini community orang-orang yang cukup tajir-tajir. Minimal mobil yang di pajang aja kijang innova dan selalu di tempat yang cukup lumayan berkelas. Padahal ya Cuma tracking di bukit-bukit kecil. Minggu lalu, lokasinya berada di bukit trawas. Letaknya diantara gunung penanggungan dan gunung welirang. Dan banyak banget cottage-cotagee disana. Nah kebetulan kemarin tu sepupu saya akan mengadakan acara untuk bulan desember yang rencananya akan menyewa cottage disana. Nah mumpung di trawas, sekalian habis tracking, Kita mubeng-mubeng, lihat, cari harga dari satu cottage ke cottage lainnya. yah.. lumayan lah.. paling nggak kenal bisnis villa Disana lah. 


ademnya hutan pinus
gunung penanggungan kelihatan tuh..