waduk wonorejo
waduk wonorejo dengan icon bukit disemen
Menurut informasi dari  www.eastjava.com dan  budaya-indonesia-sekarang.blogspot.com  Waduk Wonorejo merupakan waduk terbesar se Asia Tenggara dengan debit air 15000 m3 per detik yang memiliki banyak fungsi diantaranya pembangkit tenaga listrik, pengairan, perikanan, olah raga air dan tempat rekreasi bahkan Sarana pemasok air PDAM Surabaya yang  diresmikan oleh Wakil Presiden (waktu itu) Megawati Soekarnoputri, 21 Juni 2001.
Waduk ini terletak disebalah barat kota Tulungagung tepatnya di desa Wonorejo, kecamatan Pagerwojo. Karena letaknya dilereng Gunung Wilis, waduk ini dikelilingi oleh pegunungan dan memiliki hawa yang sejuk. Oleh karena itu waduk Wonorejo menjadi icon baru pariwisata di Tulungagung. 


waduk wonorejo
ini iconnya waduk wonorejo
Setelah mencari-cari di google ternyata sudah banyak sekali para blogger yang memposting tentang waduk ini. Bahkan sedikit dikutip di buku The Naked Travelernya mbak Trinity yang episode 1. Disana ditulis bahwa salah satu resort di Tulungagung memiliki fasilitas berkelas serta pemandangan waduk yang indah. Saya selaku orang berdarah Tulungagung tentunya bangga donk. Hehe
Sebenarnya saya sudah sangat sering pergi ke waduk ini. Mulai dari SD sampai sekarang mulai dari sepedha otel sampai truk. Jaraknya pun sebenarnya tidaklah jauh dari pusat kota. Tapi ternyata belum pernah saya memposting tentang waduk ini. weh… 

waduk wonorejo
view of wonorejo DAM. pantulan hujaunya bukit disekitarnya
Gara-gara survey tempat untuk Tulungagung Adventure, saya pagi-pagi harus kesasar ke waduk Sendirian pula. Niatengsun mau survey tapi ternyata pagi itu pemandangannya cukup bagus untuk hunting foto.  Sebelum memasuki pintu gerbang waduk, saya disuguhi pemandangan sekedan sawah yang hampir mirip dengan kawasan ubud di Bali. Ya menurut saya sih ubud van Tulungagung. Wkwkwk..  Bonusnya, saat itu sedang musim panen. Jadi banyak petani disawah yang sedang gepyok pari. Wah… sip banget 

waduk wonorejo
gepyok pari disawah

waduk wonorejo
ubud van Tulungagung
(doc. sebelumnya)
Setalah selesai dokumentasi di sawah, saya lanjut ke waduk. Masuk kawasan waduk saya ditarik 5000. Padalah hari itu masih pagi tapi kok udah ditarik tiket sih ( -_-).  Setelah dari loket, barulah saya memasuki jalan yang menurun dan berkelok-kelok dengan pemandangan depan adalah hamparan genangan air yang dikelilingi bukit-bukit hijau disekitarnya. Wussh….meluncur…
Bagaimana dengan waduk???
Waduk ini sebenarnya memiliki air yang jernih namuh karena pantulan dari bukit-bukit, tanah dan hutan disekelilingnya jadi  memberikan kesan hijau kecoklatan.  Meskipun pagi hari, namun sudah tampak banyak pemancing ditepian waduk dengan berbagai peralatan. Ada yang bawa payung, kursi, sepaket makanan, bahkan istri dan anaknya juga sekalian ikut mancing. Icon diwaduk ini adalah bukit yang telah dilapisi semen dengan tulisannya Waduk wonorejo. Warung makanan juga banyak disana, bentuknya seperti lesehan yang berjejer ditepi jalan dengan view waduk wonorejo. Biasanya menjual nasi lalapan dengan ikan waduk. Haganyapun juga relative murah. Kalaupun ingin makan dengan hasil pancingan kita juga bisa. Tingga kasihkan ikan, minta digorengkan, tambah nasi dan makan deh dengan pemandangan waduk. Puh.. uenake.. 

waduk wonorejo
lebih dekat ke Waduk.


waduk wonorejo
pagi-pagi udah banyak yang mancing


waduk wonorejo
pemandangan sisi lain waduk





pantai sine tulungagung
anak-anak pesisir sine yang asyik bermain

Teluk sine merupakan salah satu teluk di selatan kabupaten Tulungagung (lagi-lagi Tulungagung). Teluk ini masuk dalam wilayah kecamatan Kalidawir. Teluk sine dikenal juga dengan pantai sine yang masih merupakan satu deret dengan pantai Sanggar. Namun akses pantai ini tidak sesulit pantai Sanggar. Jalan yang sudah beraspal dan terdapat pemukiman penduduk disekitarnya menjadikan pantai ini menjadi kampung nelayan.  Sebagian besar masyarakat diteluk Sine mengandalkan hasil laut sebagai mata pencarian mereka.  Namun ada juga penduduk yang berladang untuk menambah penghasilan.
ketika saya main ke pantai ini,  saya  harus melewati mblasak- mblasak tegalan penduduk yang jalanya masih tanah. Meskipun jalannya  setapak, aksesnya tidak sesulit pantai sanggar yang harus naik turun bukit.  Sebenarnya ada dua jalan untuk kesana. Tapi saya dan Risky memilih jalan singkat yang sedikit mbasak-mbasak.  Setibanya disana, ternyata saya harus menyebrangi sungai untuk ke pantai. Lebih tepatnya muara sungai yang menuju laut. Kerena saat itu air laut sedang surut sehingga air tidak terlalu dalam. Bahkan banyak orang-orang yang mandi di muara itu.
pantai sine tulungagung
bibir pantai yang dihiasi pasir coklat
Setibanya di pantai Sine, saya disuguhi pemandangan pantai yang  panjang (dibandingkan dengan pantai lainnya) dengan pasir berwarna hitam kecoklatan. Beberapa perahu nelayan juga nampak. Baik yang sedang parkir di pantai ataupun di dermagakaan di bibir pantai. Ada juga beberapa pemancing yang asyik mancing di tepi pantai.  (yang saya bingungkan, emang bisa dapat ikan kalau mancingnya ditepi pantai). 

pantai sine tulungagung
nelayan yang membetulkan jaring
pantai ini akan ramai ketika para nelayan pulang melaut. ikan-ikan yang sangat segar (yang baru aja diambil dari laut) siap untuk diborong para calon pembeli. Konon katanya (dari web sebelah) pada tanggal 1 Suro selalu diadakan larung saji sebagai upacara adat. 

pantai sine tulungagung
muara sungai menuju laut. kadang banyak prahu yang masuk kesini

pantai sine tulungagung
nyebrang kali dulu yuk


pantai sine tulungagung
perahu yang parkir di pasir pantai






Welcome to my paradise
 Where this sky so blue Where the sunshine so bright 
 Welcome to my paradise  
Where you can be free Where the party never ending 



pantai sanggar
welcome to sanggar.
                 Walaupun sebelumnya saya sudah pernah memposting tetang pantai sanggar, Tapi saya tidak waleh-waleh menceritakan pantai biru nan cantik  ini.
                Pantai Sanggar merupakan salah satu pantai yang cantik dari Kabupaten Tulungagung. Pantai ini terletak di Desa Jeglungharjo, Tanggunggunung, Kab. Tulungagung.  Berada disekitar teluk sine dan sekitar satu jam ditempuh dari pusat kota. 

pantai sanggar
pemandangan bukit marmer dan bukit pantai selatan di sepanjang perjalanan

pantai sanggar
teluk sine yan tampakdari perjalanan

                Selain Pantai Sanggar, terdapat juga beberapa pantai disekitarnya. Diantaranya Pantai Ngalur, Pantai Pathok Gebang dan Pantai Sine yang semuanya memiliki  keistimewaan yang berbeda.
                Dulu surga tersembunyi ini sangatlah tidak dikenal dan masih belum banyak yang tahu. Namun Setelah adanya komunity motor yang selalu singgah ke pantai ini dan mengexplore serta mempromosikannya, pantai ini menjadi terkenal bahkan menjadi tren baru di Tulungagung.
                Saya sampai lupa sudah berapa kali saya mengunjungi pantai ini.  Pertama kali saya mengunjunginya ketika saya kelas satu SMA dalam rangka kegiatan aplikasi diklat pecinta alam yang saya ikuti.
                Saya amati perubahan-perubahan yang terjadi dalam beberapa tahun ini. Lima tahun yang lalu sewaktu saya kelas satu SMA, saya harus berjalan kaki  menembus rimbunan hutan yang pohonya masih gedhe-gedhe untuk bisa kepantai. (saking gedhenya tangan  saya tidak sampai merangkul pohon)
Dari rumah penduduk sampai ke pantai memakan waktu sekitar satu setengah jam.  Tak jarang juga kita harus melompati kayu-kayu yang roboh, terpeleset bahkan salah jalan dan nyasar.  Satwa liarpun masih mudah untuk dijumpai. Seperti aneka jenis burung endemic, ayam alas, elang, bahkan burung rangkokpun juga ada. Kadang kalau lagi beruntung kita bisa menemukan penyu yang lagi mendarat dipantai. Sayang itu dulu. Kala itupun pantai ini masih sepi. Hanya pemancing, penduduk sekitar dan anak-anak PALA saja yang tahu. 
sanggar in now. so blue

Kemarin saya kesana kembali. Tapi kali ini bersama anak-anak panitia Tulungagung Adventure dalam rangka survey pantai.  Kini kita tidak perlu bersusah payah untuk ke pantai ini. Kita bisa memakai motor dan langung tiba di pantai tanpa jalan kaki lagi. Hutan yang dulu sangat rungkut dan gelap sudah disulap menjadi ladang penduduk yang padang.  Tapi meskipun demikian jalannya masih berupa setapak kecil dan makadam.  Jadi harus benar-benar kuat dan extra hati-hati membawa motor.
Kadang kami harus turun dari motor karena ndak kuat jalan menanjak. (Fiuh.. jalan lagi). Dan kalaupun berpapasan dengan motor lain, salah satunya harus berheti dulu demi keselamatan bersama.  Bagaimana tidak? Wong kirinya aja sudah jurang. 
Sesampainya dipantai, saya semakin ternganga dan tambah ironis.  Puh, sudah banyak motor yang berjejer diatas pasir putihnya sanggar.  Dari ujung barat sampai ujung timur pantai ini tidak ada lahan kosong. Semuanya sudah full manusia. Bukit di barat dan timur  pantai ini yang dulu hutan rimbun..bun..bun..pun juga sudah padang jingglang. Mmmm. Cepat banget hilangnya.  Tapi paling tidak pantai ini masih bisa memberikan pesonanya. Lautnya paling biru diantara pantai-pantai lainnya.  Jika suatu saat pantai ini dikelola, saya berharap dikelola dengan benar dan tetap dijaga kebersihannya agar kita tetap bisa menikmati pesonanya. Salam Manis Pantai Selalu ^_^v. 

pantai sanggar
sudut lain dari pantai ini.. dibalik karang ada pantai pathok gebang

pantai sanggar
Add caption

pantai sanggar
duh. ramainya sekarang

pantai sanggar
narsis dulu bareg temen-temen

winona andnindyara
ye.. pantai sanggar lagi