Mengajari mememasak dengan peralatan apa adanya
Hai teman-teman semua. Bagaimana kabar kalian bulan ini?? Semoga selalu baik. Ow ya maaf ya sepertinya bulan September kemarin saya bolong untuk update. Tapi kali ini saya sudah mempersiapkannya Kalau berbicara tempat wisata di Tulungagung, apalagi yang berkaitan dengan alam pasti tidak ada habisnya. Apalagi sekarang semakin marak dibuka tempat-tempat baru di kaki gunung wilis. Seneng sih rasanya karena mungkin lapangan pekerjaan baru di buka namun kadang saya miris juga karena tepat yang alami semakin tambah kotor saja. Cerita kali ini bukan tentang  review tempat karena sebelumnya saya sudah sempat memposting tempat ini klik  di sini. Intinya tempat ini dikelilingi oleh hutan pinus yang kadang masih disadap getahnya. Tentunya tempat ini berada di ketinggian di atas 1000mdpl, Jadi bisa dipastikan masih dingin kalau pagi dan suara kumbang, gareng, burung hutan masih terdengar. Yang paling membuat saya tertarik menghadiri acara tahunan ini adalah bantuin adek-adek masak. Rasanya kemampuan saya diuji untuk mengolah makanan dalam peralatan, waktu dan bahan yang terbatas. Kapan lagi coba bisa masak di hutan dengan peralatan yang sudah dibawakan hahaha.... Nah kali ini saya akan memasak Apa ya namanya pokok kami membeli papaya yang sudah di kupas, terong dua buah dan satan. Oww saya berangkat bersama Ithong, (yang beberapa kali menemani cerita saya) dan teman baru namanya War.  

suasana hutan pinus

Ithong dan War



kurang lebih jalannya seperti ini


icip dulu rasa masakannya

masih banyak strawbery hutan yang bisa dimakan
Ow kami tiba di lokasi sekitar pukul tujuh. Tentu saja disana sudah ramai oleh anak-anak yang menginap tadi malam dan beberapa tenda sudah berdiri. Pertama kali yang saya tuju adalah dapurnya. Walapun sudah terlihat nasi matang, lauk sudah siap dan beberapa anak sudah sarapan, saya masih ingin memegang panci dan bumbu. Karena peralatan terbatas jadi saya memanfaatkan wajan sebagai media memasak. Pertama cuci papaya kupas dan kupas terongnya. Saya dibantu Ithong dan War mempersiapkan bumbunya. Ada bawang merah empat suing, bawang putih tiga suing sedang, dan lomboknya enam buah. Bumbu tersebut dipotong kecil-kecil karena kami tidak membawa lemper (uleg). Rebus air dalam wajan, setelah mendidih masukan papaya terlebih dahulu bersama bumbu yang telah di potong kecil tadi. Tak  lupa juga masukan daun salam yang satu bungkus dengan pepaya. Tunggu sampai pepaya agak empuk, kemudian potong terong kecil-kecil masukan ke wajan. Tambah gula, garam dan sedikit penyedap rasa. Ow ya jangan lupa tambahkan santan, kali ini saya menggunakan santang instan yang siap pakai jadi lebih praktis. Dan koreksi rasa, jika masih kurang tambahkan garam dan gula. Jika dirasa sudah cukup angkat sudah. Untuk nasinya karena ternyata adik-adik ndak membawa dandang saya memanfatkan panci dan serok. Adang macam apa coba pake serok. Sementara saya menanak nasi, Ithong dan War ndak tau kelayapan kemana. Pertama-tama beras saya rebus bersama air seperti membuat bubur, Namun jangan sampai menjadi bubur seluruhnya. Koreksi bulir sampai beras matang sampai kedalam bulir biji. Jika airnya masih kurang tambah sedikit air. Setelah bulir matang sampai bagian dalam, angkat nasi pindahkan ke tempat lain karena pancinya akan digunakan untuk mengukus nasi yang separo matang tadi. Isikan panci dengan air, taruh serok diatasnya. Tunggu  airnya mendidih, masukkan nasi tadi diatas serok dan tutup atasnya. Tunggu tiga puluh menit dan nasinya matang 
Setelah nasi sayur matang, kita sarapan dulu sebelum menguras tenaga untuk kegiatan berikutnya. Sebenarnya kegiatan tahunan ini seperti biasanya, jalan-jalan masuk hutan tropis lalu ke air terjun. Namun kadang, jalan setapak ke air terjun ini tertutup oleh semak-semak belukar, jadi kita harus mbabat semak-semak yang menutupi. Saya sih kali ini lagi ndak pingin pergi ke air terjun,apalagi mengingat pacetnya banyaknya ndak karuan. Cuma saya lagi sakau kangen hutan minta ampun. Nah.. apa sih yang akan saya lakukan kali ini bersama Ithong dan War.. cekodhot foto-foto kita dibawah ini 
Sepertinya mood dua orang ini bagus kali ini, karena foto-foto mereka ciamik yang diambil ketika saya masih asyik dengan dapur saya. Konyolnya lagi si War (mungkin karena baru pertama kalinya nglayap di hutan) berburu foto mulai dari pose kayak model di catwalk sampai mencium pohon pinus. Lihat sendiri foto dibawah ini 

Sebenarnya sih rencananya saya pingin ciblon di sungai pertama, namun, waktu itu lagi banyak para rider yang nongkrong jadinya kami pindah ke sungai berikutnya. Tapi sumprit, rasanya saya sudah lupa saja jalannya. Karena sudah ada beberapa lokasi yang dulunya hutan yang benar-benar rimbun, kini hilanglah sudah dibabat. Sedihhh  rasanyaApalagi waktu itu hanya kami bertiga. Anak-anak yang lainpun sudah berangkat duluan 

Duhh mesranya. saya di tinggal foto-foto
sepertinya dia benar-benar cinta pohon

keajaiban mencium pohon sekarang jadi foto model
Sampai akhirnya kami memilih sungai ketiga buat ciblon disana. Paling tidak ndak panas lah, masih ditutupi pohon-pohon dan bamboo diatasnya. Debit air sungainya memang berkurang, mungkin lagi musim kemarau ya. Tapi lumayan paling ndak kita masih bisa mainan air. Yahh anggap saja tiga bidadari turun dari langit. Langit yang mana coba. Wkwkwkw…  
Puas main air dan dikejar waktu juga agar pulang ndak kesiangan, kami segera balik ke tenda. Karena mamang hanya kami bertiga, apalagi ditengah-tengah hutan tropisnya Wilis yang masih benar-benar rimbun, saya sebenarnya sedikit parno. Hahaha.. Tapi mana mungkin juga saya cerita sama Ithong dan War. Nanti kalau saya cerita, yang ada malah saya ditinggal lari. Lagipula juga saya yang ngajak, malu dunk. Wkwkwkw.. Biasanya sih memang, kalau di hutan daun-daun sering bergerak sendiri. Walaupun sudah saya cek berulang kali tidak ada angin berhembus kencang, tapi Tetep aja banyak daun yang bergerak cepat sendiri. Namanya juga hutan ya, semua makhuk hidup harmoni termasuk makhuk dari dunia lain. Hiaa 
Nah sewaktu ditengah-tengah perjalanan nih, (masih ditengah-tengah hutan) saya tiba-tiba mencium aroma yang wangi sekali. Aromanya itu mirip bunga sedap malam dicampur bunga arum dalu dengan sedikit bunga kenanga. Bisa bayangin kan gimana aromanya. Rasanya saya tambah semakin parno. Apalagi waktu itu tepat didepan saya ada dua daun  besar yang bergerak sendiri dengan cepat. Hanya dua daun itu. Setiap saya melangkahkan kaki ke depan, daun yang bergerak itu berpindah lagi di depannya. Seolah-olah gerakan daun itu mengikuti gerakan kaki saya. Padahal ya, saat itu tidak ada angin yang berhembus kencang. Posisi kita juga berada di bawah pohon-pohon yang besar. Saya lihat sekeliling barang kali memang ada pohon kenanga atau apalah, tapi nyatanya memang tidak ada. Kalaupun ada tumbuhan yang wangi pasti sewaktu kami berangkat tadi kami akan mencium aroma yang sama. Sampai akhirnya aroma itu hilang ketika kami melewati pohon bambu yang sedikit lagi kami keluar dari rimbunan hutan. Tambah semakin aneh lagi ketika perjalanan pulang, saya tanya ke Ithong dan War barang kali mereka juga mencium aroma yang sama, namun ternyata mereka tidak mencium aroma apapun. Lalu apa dunk yang wangi tadi ?? Saya jadi bingung sendiri. Mungkin bidadari beneran ya yang lagi mandi.  

apakah kamu siyap masuk hutan. siap kapten
ini dia tantangannya

pagangin aku dunk, nanti prinses jatuh.

naik-naik ke puncak gunung, capek capek sekali.. iii..
satu.. dua.. satu.. dua..

ehh.. bentar.,,  pelan-pelang dunk jalnnya.

with peserta Penjaringan minat

lama-lama hutannya juga bakalan jadi sawah

naik-naik keatas batu licin-licin sekali


yang endemik dari hutan tropis

yang mau paku hutan

vegetasi sebelum masuk hutan, bambu

kiri kanan kulihat semua banyak pohon bambunya  aaa..

numpang saja 1

numpang saja 2



hati-hati lompat batunya, yap satu dua tiga

sis jangan di tinggal dunk.

ngapain ya enaknnya

masuk ke hutan, ni krudung kok ndak berbentuk ya

berendam dulu lah biar hati adem

aku.. mau berpose mermaind


Du..du..du.. ngadem bentar

Horee main air


"Ehh No,, lihat apa tuh diatas"

"Jangan jangan palunya Thor, Thong" "Ahh masa sih"

dari pada mikirin palunya Thor, main air aja yuks



Pulang Yuks udah laper nih

Bentar Thong, minta foto dulu

sebentar sebentar, aku mau tiduran dulu. dirumah kagak ada kasur kayak gini 

Sini nak, ayo pulang,

tongkat ajaib aku pingin jadi putri dugong, ehh putri duyung.

wahh sepertinya aku menemukan media buat ku Gebug.
Ini dia.. taraaaaa