Bromo Tengger National Park
welcome to Bromo Tengger Semeru National Park


Hai senang sekali rasanya disela-sela sibuknya mengerjakan Skripsi atau disebut tugas Akhir di Kampus saya, saya masih diberikan kesempatan untuk Traveling. Hehehe. Tak percaya juga rasanya, saya masih saja bisa mencuri-curi kesempatan untuk  melangkahkan kaki mengunjungi tempat baru.
Sebenarnya bukan tempat baru sih, sebelumnya juga saya pernah pergi kesana bersama Arina, Arfi, Dwi, Hadi dan Fery. Namun saat itu kami tujuan utama kami masih belum kesampaian dan malah kesasar ke tempat yang namanya Mitigan. Nah, masih ingatkan ceita yang itu???
Kali ini trip saya bersama teman-teman kuliah saya yang juga sama-sama lagi mengerjakana Tugas Akhir. Lebih tepatnya bersama sepuluh cowok dan hanya saya ceweknya. Berawal dari iseng-iseng mengadakan trip seminggu sebelumnya akhirnya kami benar-benar menjalankan rencana ke Bromo. Kebetulan juga ada temen saya yang Rumahnya Tumpang yang lebih paham Rute Bromo lewat penanjakan yang konon katanya lebih dekat dari pada lewat jalur Probolinggo. 

Bromo Tengger National Park
perjalanan turun Dari puncak penanjakan

Perjalanan kami mulai dari Surabaya dengan mengambil jalur rute Surabaya-Sidoarjo-Pandaan-Lawang-Singosari-Tumpang dengan sepeda motor. Setelah sampai di Tumpang kami menginap semalam karena perjanan selanjutnya dimulai jam dua malam  berharap kami bisa mendapatkan sunrise esok. Paginya, Sekitar pukul dua malam kami mulai memulai perjalanan kami bersama enam motor. Kami memilih jalur tumpang karena tujuan utama adalah mengejar sunrise di Penanjakan. Ya, tempat yang sering digunakan sebagai spot  terbaik untuk mengambil pemandangan Bromo dari atas. Namun di tengah perjalanan motor salah satu teman saya Si doni rantainya pedhot. Owwcchh rasanya sepertinya perjalanan kita kali ini fifty fifty atau kemungkinan terburuknya batal. Saya sempat kepikiran mungkin salah kami juga yang mencuri-curi waktu di sibuk-sibuknya Tugas Akhir. Tapi, disinilah kemampuan anak teknik di uji. Salah satu temen saya untung saja pernah berkecimpung dengan perbengkelan. Dengan berbekal kunci dan senter, rantai pun bisa disambung lagi dan Horeee, kami bisa jalan lagi. 

Bromo Tengger National Park
gunung bathok dan gunung Bromo yang berasap dari atas penanjakan. sayang semerunya tak kelihatan

Bromo Tengger National Park
para photo hunter sunrise
Sekitar pukul lima pagi kami sampai di penanjakan. Wow rutenya itu bisa dikatakan lumayan ekstrim. Kalau mau kesana saya sarankan motornya harus kuat menanjak tinggi. Belum lagi tingkungan yang sangat tajam dan langsung menanjak. Saya sangat senam jantung ketika dibonceng di belakang. Tapi memang benar pemandangan yang disajikan luar biasa indahnya. Barisan Gunung Bathok, Gunung Bromo dan gunung Semeru dikelilingi lautan pasir tebing-tebing bukit di sekelilingnya terpajang indah di depan mata. Spektakuler Abis. Konon katanya barisan gunung bromo ini merupakan deretan gunung terindah karena ada gunung diatas pegunungan. Penanjakan pun sebenarnya juga merupakan puncak  deratan bukit yang mengelilingi Bromo yang terletak pada ketinggian 2.770 mdpl. Namun sayang saat itu sunrisenya tidak muncul dan langitnya tidak cerah jadi serasa kurang maksimal mendapatkan foto yang bagus. Setelah sunrise usai sekita jam tujuhpun penanjakan juga sudah sepi pengunjung. Yah paling tidak saya masih bisa berfoto dengan suasana yang sepi dan tidak uyel-uyelan dengan pengunjung lainnya. 
 
Bromo Tengger National Park
kita foto bareng dunk. dan yang paling cantik adalah saya

Bromo Tengger National Park
ada yang mau narsis, ada yang mau fotoin

Bromo Tengger National Park
ndak lupa dunk kita

Bromo Tengger National Park
cantikan.. yang cantik gunungnya atau saya ya??


Setelah puas foto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke lautan pasir Bromo. Kami memang tidak berencana mampir ke kawah Bromo karena masih sedikit erupsi. Asap tebal pun juga masih membumbung tinggi diatas kawahnya. Bahkan hujan abu yang tipis pun tidak sempat saya rasakan. Menuruni bukit penanjakan, kami mulai mengarungi luasnya lautan pasir yang kadang hampir membuat kami jatuh saking licinnya. Belum lagi kami menghindari kotaran kuda yang berceceran di pasir atau minggir ke tepi ketika jip lewat. Walaupun kelihatan dari atas penanjakan kecil banget tapi lautan pasir itu sangat luas sekali. Saya dan panji berada di barisan tekahir dari teman-teman yang lain, karena sedikit-sedikit saya minta turun dari pada tergelincir pasir Bromo. 
Bromo Tengger National Park
perjalanan menelusuri lautan Bromo

Bromo Tengger National Park
gunung Bromo dan Bathok dari lautan pasir

kami bersebelas, dan tetep, saya yang paling cantik
Kalau dikira-kira kita, kita  seperti mengililingi Bromo tembus ke bukit teletubies yang berada di belakang gunung Bromo dan pulang lewat jalur pendakian Semeru. Sumpah, bukit teletubies itu cantik banget. Menyesal saya tak bawa kamera bagus.
Saya sarankan memang lebih baik menggunakan jip karena tidak capek karena menyetir naik tanjakan dan melewati bukit pasir itu sangat capek sekali. Terutama di pergelangan tangan. Tapi sisi baikknya kami lebih hemat dari pada menggunakan jip. Saya hanya merogoh gocek Rp80.000 dengan rincian Rp25.000 untuk masuk ke Bromo dan Rp55.000 untuk bensin Surabaya-Bromo PP tapi itu diluar makan lho ya. Wowww. Pengalaman saya kali ini benar-benar exited banget bersama sepuluh cowok yang mungkin setelah ini kita akan berpisah karena akan mengejar dunianya masing-masing. Semoga Sukses Semua ya Kawan.

Bromo Tengger National Park
para joki dan kudanya yang lagi mencari pelanggan

Bromo Tengger National Park
para joki  suku tengger yang berselimut sarung




Bromo Tengger National Park
jalan pasir diatara spektakulernya bukit teletubies


untuk cerita lengkapnya saya join dengan teman saya yang juga menulis di blog

PENANJAKAN - BROMO: Day I

PENANJAKAN - BROMO: Day II