Gunung Welirang.. Jangan sepelekan medan disana.

gunung welirang
Jurang dipuncak gunung welirang

Saya bisa katakan, liburan semester saya kali ini benar-benar komplit..plit..plit..
Setelah mengujungi wisata sejarah di Kota Blitar, pantai Molang diedisi sebelumnya, satu minggu kemarin saya sanpa sengaja diajak oleh teman kuliah saya ke Gunung Welirang. Hal itu benar-benar tanpa direncana sebelumnya.
Sabtu pagi, Si Nita mengirimkan sebuah pesan pendek kepada saya tentang acara hari sabtu minggu. Jelas,, perkuliahan belum dimulai dapat dipastikan kosong. Segera dia segera mengirimkan sms kembali berisikan ajakan ke Gunung Welirang hari Sabtu ini berangkat pukul 11 siang.. Buset dah.. ndadak amat.. belum juga bawa, beli, nyiapin peralatan.. Sontak, saya langsung bangkit dari kasur, berlari, segera menyelesaikan cucian, dan cabut nyiapin peralatan. 
jam 12 siang (molor dikit dari rencana) Nita menjemput saya di kosan dan segera menancapkan gas motor ke kontrakkannya mas otto. 
Sekitar pukul 1 siang, lima anak berangkat, dua cewek saya dan nita dan tiga cowok ke arah Kab. Pasuruan  dengan  motor.
Perjalanan dari kota Surabaya sampai Pasuruan memakan waktu sekitar dua jam. Apalagi saat itu hujan deras mengguyur kami dari Sidoarjo sampai masuk Gempol. Belum aja pendakian dimulai kita sudah basah kuyup semua.
Tiba di post perijinan sekitar pukul 18.00. Post perijinan terletak di Tretes tepatnya dibelakangn Hotel Surya. Dan ternyata pendakian ke gunung welirang maupun Arjuno masih ditutup hingga batas yang tidak ditentukan.
Lha teruss  gimana kita nih????
Keputusan bersama menyatakan bahwa kita menjadi, pendaki ilegal. Dan kosekuensinyaa resiko harus berani ditanggung sendiri. termasuk kalau  hilang..
Pendakian ditutup karena adanya dua pendaki yang hilang satu minggu sebelumnya. Dan ditemukan dalam kondisi sudah tak bernyawa. Hia... tambah serem aja pendakian kita kali ini. 
Setelah sholat magrib. Sekitar pukul 19.00 kami melangkahkan kami kenelusuri hutan-hutan welirang....
Sebenarnya medannya bisa dikatakan cukup enak dan bagus. Jalan makadam berbatu dengan lebar seukuran mobil jip sangatlah mudah untuk dilalui. Namun gara-gara saya lama tak naik gunung ditambah jalan yang terus menanjak tanpa ada bonus datar membuat napasku ini kembang kempis tak karuan..
Tiga jam sudah kami berjalan menembus hutan welirang ditemani malam yang mulai larut. Dan sekitar pukul sepuluh malam sampailah kami di pos kedua yang biasa di sebut "kop-kopan".  Disana ada sebuah gubug warung yang pada saat itu kosong tanpa penghuni dan sumber mata air disampingnya. Seger sih... tapi.. ya tambah semakin dingin  apalagi  malam hari. Saking ngguantuknya mata ini, saya minta istirahat agak lama. paling nggak satu jam untuk sekedar memejamkan mata.

gunung welirang
sumber mata air dipos dua waktu siang hari..

gunung welirang
mas otto.. ngapain disono??

Sekitar pukul sebelas malam, kami melanjutkan langkah  kembali menelusuri tanjakan batu welirang.
Dan kali ini tanjakannya lebih miring dari jalan sebelumnya dan cemara mulai bermunculan. Lebih parahnya  sudah hujan, kedinginan ditambah kelaperan membuat saya lebih sering minta break. (Mmmhhh.... -_-")
Empat jam kami menjajakan kaki, dan sekitar pukul setengah tiga pagi kami tiba di pos tiga yakni "Pondokkan" Alhamdulillah.....
Segera kami mencari medan yang pas untuk mendirikan tenda. Ternyata disana  sudah berdiri dua tenda dari pendaki lain. Mereka dari Mapala salah satu universitas dari kota Malang. Alhamdulillah.. ada teman pendaki ilegal.. hehehe.
Tenda berdiri, kopi tersaji, Roti terbuka rapi.. Wes.. langsung santap ludes...
Rencana bangun jam empat untuk mengejar sunrise dipuncak batal karena  kalah dengan mata  yang mengantuk, kami masih melanjutkan  tidur kami lagi dan  bangun pukul 6 pagi. Sekalian terlambat, sekalian kita nerusin tidur dan berangkat muncak pukul tujuh pagi.
Kami mengira perjalanan ke puncak lebih dekat dan cepat. Sama dengan gunung lainnya. Mungkin hanya membutuhkan waktu 30menit saja. Tapi kali ini dugaan kami salah besar. Kami harus melewati jalan tanah yang datar dan becek dikelilingi pohon cemara, dilanjut jalan berbatu menanjak miring  yang panjang, dan barulah kami melewati perbedaan vegetasi menjadi tunbuhan tundra. (biasanya diatas ketinggian 3000mdpl ada perbedaan vegetasi).  Tapi medan tetap tampak sama. Mennanjak.
Sekitar dua jam berjalan melewati tanjakan-tanjakan yang bikin down saya,   sampailah kami  pada tanah lapang berwarna lempung coklat muda yang banyak bertebaran belerang dan banyak cabang jalan.
Nah.. karena pada saat itu kabut tebal dan hujan badai sampai jarak lima meterpun didepan kami tidak tampak, Kami mengira itu adalah puncak welirang.  Tapi seingat saya puncak welirang itu bentuknya  berbatu dan tidak seperti ini (referensi dari foto sepupu saya). Dan memang benar, kami harus melanjutkan kembali penjalanan yang menerobos badai didepan yang begitu tebal dan dingin.  Kami  berjalan  menerobos kabut-kabut tebal dan angin badai yang dingin diatara jurang dan tundra menuju puncak tertinggi.
Busett dah.. dan badai semakin membahana ketika kami hampir sampai 10meter dari puncak. Kencangnya angin dan tebalnya kabut, ditambah dinginnya udara yang sangat berbahaya  membuat kami mengundurkan diri untuk kepuncak.  Satu orang dari anggota kami, nekat pergi kesana. dan Saya, Nita, Nouval, dan mas Otto menunggunya dibalik semak tundra, berteduh dari angin badai.
Namun, sekitar satu jam nenunggu, tak ada tanda-tanda anggota kami kembali. rasa takut mulai muncul mengingat  orang hilang satu minggu yang lalu.
Kami menitipkan pesan pada Mapala Malang yang saat itu juga kepuncak agar memberitahu anggota kami yang belum balik bahwa kami menunggu dibawah. Sekitar lima ratus meter setelah kami berjalan, tampak empat orang yang sedikit kabur tertutup kabut badai. Dan ternyata salah satunya adalah anggota kami yang hilang.  Alhamdulillah. Ndak jadi bawa Tim SAR
Sayang.. badai membuat foto-foto kami hanya sedikit. pemandangan hanyalah kabut putih..

gunung welirang
Dari kiri, saya, nita, nauval dan mas toto



gunung welirang
Dipandang tundra, 1km dari puncak welirang

gunung welirang
menahan dinginnya badai, 15 meter dibawah puncak welirang


MORAL VALUE FROM THIS STORY:
1. Demi keselamatan, jadilah pendaki legal dan jangan melanggar peraturan.
2. Isi energi dengan baik biar nggak ngerepotin orang banyak.




0 komentar:

Posting Komentar