“Man arofa nafsahu faarofa robbahu.”
~ kenali dirimu, maka akan mengenal Tuhanmu
~ kenali dirimu, maka akan mengenal Tuhanmu
Saya mengenal seorang gadis yang sedang
tumbuh menjadi wanita dewasa. Mungkin usianya sekitar 20th yang saya tidak tahu
tepatnya berapa. Dia berasal dari suatu daerah kecil di salah satu pulau yang
paling fenomenal di dunia. Banyak orang bilang kalau dia berasal dari desa. Terserah
itu kata orang. Ia pun juga tak pernah memperdulikannya. Mungkin begitupun juga
saya.
[“Coba
bandingkan dengan orang-orang yang hidup di kota yang selalu dikelilingi
kebisingan, gaya hidup glamour, harga yang selangit, yang kadang kala iri dan
dengki dan kadang saling menjatuhkan menjadi fenomena bisa. Atau bahkan saya
sangat miris ketika tingkat kesenjangan yang begitu luar biasa dilihat. Apakah itu
yang dinamakan bahagia? mereka sebenarnya kadang juga menginginkan kehidupan
damai di desa yang kita bisa menghirup udara pagi tanpa kontaminasi polusi
secara gratis tanpa bensin habis.”]
Setahu saya
ia orangnya periang. Tapi mungkin adakalanya ia tampak badmood yang mungkin jelas terbaca pada setiap orang yang mungkin
ia temui. Tapi dia berusaha tidak melakukannya karena takut menyakiti hati. Tapi
kadang kala tanpa dia sadari perkataan yang muncul dari bibirnya pedas ketika
mengkritisi. Katanya sih itu bukan maksud untuk menyakiti hanya saja keluar dari
mulutnya.
[“saya tidak memiliki bakat apa-apa yang mampu menunjukan
siap diri saya sebenarnya. Wajah biasa, otak pas-pasan. Kalaupun kalian lihat
apa yang saya dapatkan saat ini. Jujur. Bukan saya yang melakukannya. Itu semua
adalah pemberian dari Yang Maha Mengendalikan dan itu semua sudah disekenario
oleh Maha Yang Membuat Peristiwa. Saya hanyalah salah satu makhluk -Nya yang
sedang menjalankan peran yang sedang saya jalankan sekarang. Kalaupun dalam
suatu perjalanan saya bisa beribadah dengan membuat orang bahagia dan
mendapatkan petunjuk. Alhamdulillah saya sangat bersyukur diberikan peran itu. Karena
pada dasarnya manusia diciptakan adalah untuk menjadi kholifah di bumi yang saat
ini saya sedang mencari maknanya dan perannya. Salah satunya mungkin membuat
orang lain merasa aman dilindungi dan tenang. Ya walaupun peran itu hanya sesaat.”]
Ada yang bilang kalau tatapan
matanya kadang menakutkan saking tajamnya. Pernah suatu ketika dia melihat
kedua alisnya yang begitu tebal dan sempat berfikir “mungkin karena alis ini”
dia tampak jahat. Dan sering kali dia pantas mendapatkan peran antagonis. Tapi ternyata
dia mensyukuri tentang pemberian alis itu dari Yang Maha Pemberi. Berkat Alis
itu ia tak perlu mengikuti trend alis tebal di dunia fashion saat ini da tumbuh
secara alami.
Kalau ditanya
siapa dia. Mungkin ada banyak jawaban yang akan ia jelaskan. Dia sebagai
perempuan yang sedang mencari makna, dia sebagai manusia yang hidup di bumi, dia
sebagai salah satu makhluk yang di ciptakan oleh Yang Maha pencipta untuk mengetahui
siapa dirinya sebenarnya.
Setahu saya
dia memiliki pemikiran visioner kedepan. Dia memiliki rencana-rencana tentang
kehidupannya ke depan dan akan akan berusaha untuk mewujudkannya. Dan setidaknya
memang berhasil dalam beberapa periode yang tentunya dia sadar jika itu semua
memang keajaiban dari Yang Maha Memberi Keajaiban. Mungkin jika saya bertanya
tentang dia bagaimana kamu bisa sampai seperti sekarang.
Di usianya yang sangat produktif
dan melihat teman-teman yang sedang gencar-gencarnya memburu karier ,cita dan
cinta, dia terlihat tenang menghadapinya walaupun masa depannya masih abu-abu. Dia terlihat seolah tidak
tertarik dengan hal seperti itu. Seperti dia memiliki dunia sendiri yang tidak
dimengerti oleh orang lain. Berbicara soal pekerjaan, sepertinya hanyalah mampu
untuk menghidupinya sendiri tak lebih dari itu. Namun sepertinya dia sangat
bersyukur tentang apa yang dia dapatkan sekarang.
[“Pepatah Jawa
mengatakan urip mung mapir ngombe. Dene kowe urip diparingi peran cedek karo
bondo dunyo. Yo disyukuri. Nanging kudu eling kui mung alat kanggo cedhak
marang Gusti. Ora entuk lali. Lalu apakah saya perlu mengejar harta dunia
ini jika semuanya nanti akan ditinggalkan disini. Keinginan sih tentu ada,
namanya juga manusia tapi itu tidak masuk dalam hati saya. Tergantung manusianya
mengendalikan tentang nafsu itu. Saya mengingat bahwa itu semunya hanyalah alat
untuk membantu kita mencari dan mendekatkan diri pada Sang Illahi. Hanya itu. Apalagi
saya semakin miris sekarang yang dimana manusia berlomba-lomba untuk
mengumpulkan yang bagian dari ambisi dunia. Secara logika saja sudah bisa
dijelaskan bahwa getaran partikel pada benda dunia belum bisa masuk dalam
getaran dan frekuensi cahaya. Dan yang itulah yang sebenarnya kita cari. Manusia
berjalan di bumi ini hakikatnya untuk mencari yang jawabannya akan didapatkan
oleh sebab akibat waktu. Itupun saya juga sedang mencari dan berjalan dalam
waktuku sendiri. kalian juga akan berjalan pada waktu kalian sendiri. Yang sama-sama
kita dipertemukan untuk mencari jawaban dari pencarian kita ini. ”]
--> bersambung di BAB II : Pencarian
0 komentar:
Posting Komentar