Hallo teman-teman semua, memang
benar, menulis itu sangat-sangat dipengaruhi oleh mood. Jangan tanyak liburan
kemana ya kemarin. Saya tahun ini tidak ada liburan keluar kota mungkin hanya
pulang kampung sudah termasuk liburan istimewa bagi saya. Hihihi.. (saya sedih
tapi pingin ketawa juga).
Libur panjang weekend kemarin, karena di kost juga
tidak ada teman, akhirnya saya pulang bawa motor. Itupun juga karena di
terminal tak dapat tempat parkir karena penuh semua. Alhamdulillah Surabaya –
Tulungagung 4 jam. Alhamdulillah juga, di jalan tidak hujan. Padahal biasanya
Tulungagung hujan deres tiap hari. Tapi waktu saya pulang kemarin langitnya
berwarna biru cerah..
Karena saya bingung, separonya
kaki ini pingin aja pergi dolan dan langitnya biru banget,
saya hanya jalan-jalan ke lereng Gunung Willis. Rasanya seperti mbah willis
memanggil untuk dikunjungi. #maap alay..
Ada satu tempat yang lagi booming di lereng willis. Eh, sebenarnya banyak sih, cuma tempat kali ini adalah tempat yang biasa saya lalui saat penjaringan
minat Arismaduta dikawasan Jambuwok Sendang. Namanya bumi perkemahan Jurang Senggani. Tapi sejujurnya ya, saya lebih suka pemandangan dulu yang masih alami
yang hanya ditumbuhi rumput pisang dan pohon pinus tanpa ada warna warni payung
dan bola-bola apa itulah. Jadi kesannya sudah di permak dan ndak alami. Mungkin kalau orang sudah bosen, ya
ditinggal begitu saja dan hanya menyisakan kerusakan.
Nah waktu itu, saya kira air
terjun Jurang Senggani juga akan seramai bumi perkemahan. Penasaran
juga sih separonya, karena saya belum pernah ke jurang senggani. biasanya saya ke air terjun Jambuwok yang posisinya dibawah jurang senggani.
Waktu itu, karena motor saya ndak kuat menanjak di jalan
berlumpur dan tanjakan yang curam, akhirnya kami tinggalkan ditengah hutan
pinus dan kami melanjutkannya dengan berjalan kaki. Kondisi jalannya sih
kayaknya diperlebar, ada bekas alat berat
dan jalannya masih berupa lumpur dan tanah. Kayaknya juga karena hujan
jadi separo becek. Tapi langit diatas wilis luar biasa biru. Nah lokasi Jambuwok ini termasuk kategori sudah tinggi
mungkin hampir 2000mdpl karena puncak willis sudah terlihat dekat. Btw pendakian
ke gunung willis juga bisa dari sini lho. Ow ya setalah kami melewati hutan
pinus dan melewati tanah yang diperlebar (kayaknya calon gubuk pos parkir motor
ke jurang senggani), kami mulai memasuki hutan tropisnya willis. Nah disinilah
drama dimulai.
|
mungkin seperti inlah hutan pinusnya (yang belum di modifikasi) |
|
getah pinus yang di sadap |
|
take a deep breath |
|
Emon.. katanya "orang ganteng" lagi narsis |
Waktu itu kurang lebih jam dua
siang. Langitnya tampak biru dan puncak Wilis terlihat megah diselimuti hutan
tropisnya yang rimbun. Emon berjalan di depan saya sedikit cepat karena kami mulai
memasuki hutan yang rimbun. Saya ndak tau apakah Emon merasa takut ato tidak
karena kondisinya hanya ada kami berdua ditemani jalan setapak dan kiri
kanan pohon dan jurang. Sedikit-sedikit
saya bertanya apakah jalannya masih jauh. Dan emon menjawab kurang sedikit lagi.
Mungkin sekitar tiga puluh menit sampai. Tinggal melewati jalan datar dan baru
kami memasuki turunan yang lebih rimbun lagi. “Jedangg... lebih rimbun?” separonya
saya sedikit takut juga sih walaupun di siang bolong. Hahaha...
|
saya paling suka |
|
Emon di dalam hutan |
Sampai di rumah Emon baru cerita
kalau sebenarnya dia takut juga. Apalagi sewaktu mendengar bunyi “whut..whut..”
Cuma, dia melihat saya yang kelihatannya masih santai yang akhirnya ia ikut
tenang. Andaikata saat itu saya bilang ke Emon kalau saya takut, pasti Emon
sudah lari duluan dan saya di tinggal.
|
sawah di pinggir jalan |
0 komentar:
Posting Komentar