“Nature is
an infinite sphere of which the center is everywhere and the circumference
nowhere” – Blaise Pasal-
“ In nature,
nothing is perfect and everything is perfect. Trees can be contorted, bent in
weird ways and they’re still beautiful” – Alice Waker-
Tempat yang
biasanya saya rekomendasikan pada teman-teman yang barusan datang ke
Tulungagung (baru pertama main ke Tulungagung) adalah Waduk Wonorejo. Waduk ini berada
di kecamatan Pagerwojo tepatnya desa swalo-wonorejo di daerah dataran tinggi lereng Gunung Wilis. Saya ambil dari wikipedia waduk ini memiliki ketinggian 95m dari dasar sungai dimana Sungai utama yang memasok air waduk adalah kali Gondang dan Kali Wangi. Waduk ini memiliki luas permukaan air 380 hektare dengan kapasitas 122 juta meter kubik. Wah bisa bayangin kan luasnya seperti apa. Untuk menuju tempat ini kurang lebih ditempuh waktu sekitar tiga puluh menit
dari pusat kota.

.jpg)
Air dari waduk
ini juga digunakan untuk mengisi pasokan air besih di kota bawah. Selain airnya dimanfaatkan, waduk
ini tentunya sebagai tempat refreshing atau menyalurkan hobi seperti memancing, bikin konten, camping. Akhir-akhir ini saya sedang mendalami bikin konten, ya.. walaupun dengan peralatan seadanya dan tema yang sederhana dan banyak sekali mengambil spot di sekitar waduk ini. Oww iya.. di waduk ini ada beberapa spot cantik-cantik seperti area utama Waduk Wonorejo dengan icon pemandangan bukit yang disenem yang khas dan sunset ketika sore hari. Sisi lainnya yang tak kalah cantik ada Ranu Gumbolo. Pesona Aliran sungai ke waduk yang dihimpit lereng bukit yang ditumbuhi pohon pinus yang sejuk. Sangat direkomandasikan. Adalagi namanya Tumpak Bledeg, sisi kebalikan area utama waduk. tapi yang pasti setiap area sisi waduk memiliki pemandangan yang unik, beda, sejuk, dan spektakuler menurut saya.
 |
Ranu Gumbolo |
Oww
ya.., btw ikan waduk ini beda lho. Ikannya mirip ikan nila merah atau mirip ikan
lohan tapi dahinya tidak jenong. Selain itu ada ikan bandeng waduk, ikannya
sejenis ikan bandeng tapi lebih lebar dan hidup di air tawar serta ikan Gabus kuthuk. Waktu itu saya berada di bagian Tumpak Bledeg (bagian ujung lain waduk)
dan bertemu dengan penduduk setempat yang mendapatkan ikan kuthuk segedhe betis
orang dewasa. Kata bapaknya dulu, jauh sebelum waduk ini dibuat, para sesepuh
bilang bahwa desa swalo mbesok bakalan
dadi segoro anakan (desa swalo akan menjadi laut). Dan puluhan tahun
berikutnya hal tersebut terjadi. Hal yang paling di takutkan adalah bukit
terendah di belakang gunung yang disemen itu ambrol otomatis penduduk yang rumahnya dibawah waduk
(saya lupa nama desanya)bisa terkena banjir tiba-tiba. Kalau saya lihat kemrin
memang ada bagian bukit paling rendah tepat dibalik gunung yang disemen. Tapi
semoga jangan sampe ya karena bisa-bisa tulungagung dadi kedung lagi. Intinya selalu ingat, bahwa alam ini butuh
keseimbangan. Kalau di Tulungagung juga tak jauh-jauh dari yang namanya “dunia sebelah”. Apalagi
pertemuan antara daratan dan air pasti
juga banyak sekali. Kadang beberapa pemancing juga diusili oleh ”penunggu“ waduk
ini. Atau bisa juga bertemu ular yang begitu besar yang ternyata jadi-jadian.
Jadi ingat lagi yang selalu minta perlindungan pada Yang Maha Kuasa dimanapun
berada dan… jangan neko-neko, jaga tingkah laku unggah-ungguh.






 |
Add caption |
0 komentar:
Posting Komentar