![]() |
View dari pintu masuk Ritz Carlton |
Entah mimpi apa ya.. Kemarin waktu mau nganterin nasi bakar dengan Emon, saya lewat depan MOB (Cafe fancy deket rumah) sambil berimajinasi “kayaknya seru juga ya, Di cafe sambil ngobrol masalah bisnis.” Dan.. satu minggu berikutnya saya dan dua temen dikirim ke Jakarta untuk mendiskusikan pekerjaan. Ya anggap ini hadiah ulang tahun dari Tuhan yang sangat luar biasa. Gimana tidak luar biasa?? kami dikirim dengan pesawat Batik Air yang baru pertama kalinya saya naik pesawat. Alhamdulillah Banget. Tambah Alhamdulillah lagi, kami dikirim di kawasan Jakarta Selatan yakni kawasan lingkar Mega Kuningan.
Mungkin saya orang yang benar-benar Ndeso banget ya, sama sekali ndak mengerti kawasan kuningan itu kawasan apa, dan setibanya disana, OMG.. Aroma kekayaan, Aroma Eksklusif tercium dimana-mana, semoga bisa ketularan.. AAaaammiiiinnnnku yang paling Buanter.
Kami berangkat dari Bandara Juanda jam sebelas siang dan tiba di Bandara Halim sekitar pukul satu siang, langsung dilanjut ke hotel tempat kami menginap di D’Prima Kuningan. Karena kami juga belum makan, pas juga nemu kantin makan deket dengan hotel. Mungkin ini merupakan hotel paling murah diantara kawasan itu. Wkwkw..
![]() |
tiba di Halim |
Malamnya, karena saya ngikut saja ketua tim, Mas Farid, kita janjian dengan Kolega untuk berdiskusi ke Hotel tempat beliau menginap, Ritz Carlton. Wah.. sumpah ini merupakan pertama kalinya saya masuk ke Hotel Elit yang Aroma kemewahannya sungguh terasa. Plusnya juga pelayanannya super ramah. Walaupun masih belum diberikan kesempatan untuk menginap disana, berdoa saja suatu saat nanti diberikan kesempatan untuk menginap di hotel mewah.. Aaamiinn..termasuk Amanjiwo ya.
Dengan rate diatas 3juta, memang beda ya hotelnya, nuansa Klasik, full karpet dan ruangan besar, ada sofa tamu, meja kerja, ada ruang buat sandal, masuk tidak langung bed area. Ya mungkin itu bedanya ya. Satu kawasan lingkar kuningan ini memang kawasan hotel Elit sepertinya, disampingnya pula alah hotel JW Marriot yang dulu pernah dibom sehingga sekarang keamanannya super ketat. Btw.. Hotel Ritz Carlton ini satu jaringan dengan Marriot Group, tapi saya lihat ratenya dibawah Ritz Carlton. Nuansa di lobi Ritz Carlton ini diiringin dengan music gamelan langsung dimainkan oleh niyaga. Klasik ala jawa tapi modern ala barat. Masuk banget.. Sukaaak. View pintu masuknya adalah gedung-gedung bertingkat ala Jakarta Selatan.
Karena kami diskusinya malam hari (menyesuaikan jadwal dengan kolega), hari berikutnya kami diskusi di People cafe Rajawali deket deket kawasan itu. Dalam hati saya “ Subhanallah, ini kan apa yang saya ucapkan beberapa waktu yang lalu.” Untuk makananya sih, B saja menurut saya. Ya lebih enak di kantin yang kami biasa makan siang. Entah.. rasanya saya sukak banget di kawasan ini, Aroma Dompet Tebel, Eseklusif, Mobil Mewah, Waahh semoga ketularan.
![]() |
Hotel D'prima |
![]() |
View Depan Hotel D'Prima |
Last Day sebelum kami balik ke Surabaya, saya sempatkan main dulu. Dan pilihan saya jatuh ke Taman Margasatwa Ragunan. Kebun binatang yang deket dengan kawasan kuningan sekaligus saya ingin membandingkan dengan KBS Surabaya. Dengan dianter Grab motor, kurang lebih 20 menit dari tempat saya menginap. Dan sungguh diluar dugaan saya, jauh banget dengan KBS Surabaya. Memang benar, ini bukan kebun binatang tapi Suaka Marga Satwa yang mana memiliki luas 147 Hektar dengan koleksi satwa 2101 ekor satwa dari 220 spesies. Dibandingkan KBS Surabaya yang luasnya 15hektar, Luas Marga satwa Ragunan ini hampir 10x-nya. Yang special dari marga satwa ini adalah adanya Pusat Primata Schmutzer yang mana salah satu pusat primata berkelas internasional yang mempunyai peranan dalam konservasi primata Indonesia dan sekaligus sebagai Jendela Informasi Primata. Wah.. pusat primate ini juga sungguh luar biasa luasnya. Saya menyusuri terowongannya sampe bingung sampe kapan ketemu jalan keluarnya.
Sumprit.. jalan kaki muterin Marga Satwa ini sungguh luar biasa kerasa di kaki. Saking besarnya di dalam area ini juga banyak penyewaan sepeda listrik, skuter atau kereta kelinci. Itupun tidak semuanya saya kunjungi, mungkin hanyak separonya saja karena terhalang waktu yang singkat. Tapi sungguh pengalaman yg mengagumkan. Yang saya suka koleksi gajah sumatranya (Elephas maximus) banyak banget. Bahkan ketika saya panggil “Bona”, itu Gajah langsung mendekat.
Balik ke Jawa Timur, saya mutuskan untuk mencoba kereta Ekonomi New Generation walaupun sudah ditawarin Pesawat apa kereta Eksekutif. Pinginnya sih dapat Majapahit langsung turun stasiun Tulungagung, tapi dapatnya kereta api Brantas. Ndak papa wes, yang penting sudah mencoba Ekonomi New Generation. Lalu.., apa yang beda dari kereta ekonomi sebelumnya..?? Jauh banget. Kereta ekonomi New Generation ini memiliki tempat duduk yang mirip dengan kereta eksekutif tapi lebih kecil sedikit dan tanpa ada sandaran kaki di depannya. Bedanya lagi, tiap tempat duduk belum tentu pas dapat jendela, kadang dapatnya pas temboknya. Tapi tempat duduknya bisa diatur tingkat kemiringannya, tidak lagi 90 derajat seperti dulu. Desain lighting gerbongnya sudah bagus dengan AC central. Kabin tempat tas bukan lagi besi hollow tapi sudah full board. Minusnya koper kecil harus diatur horizontal agar masuk semua (lebih narrow dari eksekutif).
Walaupun KA Brantas ini memiliki 3 gerbong Eksekutif di bagian depan dan 6 gerbong ekonomi, kereta ini dijalankan dari Stasiun Pasar Senen dan berakhir di stasiun Kota Baru Malang. Bagaimana di stasiun Pasar Senen?? Wahh beda Jauh buk dengan Gambir. Kalau Gambir terkesan Eksekutif dan banyak produk francise masuk dan dijual disana, Pasar senen ini terkesan merakyat dan hanya beberapa produk yang masuk. Tapi btw solaria ada disana.
Yang paling bikin saya zonk adalah musholanya. Sebenarnya sama seperti mushola semua stasiun ya, laki-laki depan dan perempuan belakang (beda dengan st Gambir yang terpisah). Zonk nya dimana?? Di rak tas tempat wudlu. Astaga itu lentur banget. Mana lagi jarak antar hollownya jauh. Saya ketiban tas saya dan ketumpahan kopi yang baru saja saya beli ketika ada ibu-ibu taruh tasnya diatas juga (jadi tambah melengkung). Mana lagi ibu-ibu itu tidak minta maaf pula. Bete banget rasanya.
Balik lagi ke Kereta Brantas, berangkat dari Psr senen 14.10 sampe Tulungagung 02.39. Dua belas jam beda dua jam dengan KA Gajayana ato Brawijaya. Ya ndak papa, toh memang mau nyoba KA New Generation kapan lagi nyoba. Semoga Next.,, Kayaknya seru juga kalau bias jalan-jalan ke Italia ya.. Aaaminn
0 komentar:
Posting Komentar