Kebun Teh Penampihan, Sendang, Tulungagung

 

Kebun teh penampihan yang masih tersisa 

Teh merupakan tanaman yang sudah banyak dikonsumsi di Dunia. Ada dua spesies teh yang di budidayakan yakni sinensis (Camellia sinensis var. sinensis) yang tubuh dan dikembangkan di negara empat musim dan assamica (Camellia sinensis var. assamica) yang dikembangkan di daerah Assam India yang cocok dengan iklim tropis di Indonesia. Di Indonesia sendiri jenis teh yang paling banyak di kembangkan dan di budidayakan, mungkin 90% lebih adalah jenis assamica (Camellia sinensis var. assamica) yang mana cocok dengan iklim tropis. Salah satu perkebunan teh Assamica yang tersisa di Tulungagung adalah kebun  teh Penampihan, Sendang, Tulungagung yang kini tersisa 5 hektar dari 400 hektar.

Memang sejak saya kecil, kebun teh Sendang memang terkenal. Tapi mungkin karena bukan dikelola oleh pemerintah dan sisa peninggalan Belanda menjadikan kebun teh Sendang ini tidak tertangani dengan baik dan hanya dipetik oleh penduduk sekitar dan hanya tersisa lima hektar saja. Tapi kita masih bias melihat kebun ini yang bersebelahan dengan Candi Penampihan serta bekas pabrik pengolahannya dulu. Untuk jenis pengolahan teh bisa dibaca disini ya Belajar Teh bersama the Mbah Djie

Setelah lebaran kemarin, mumpung libur masih ada, saya menyempatkan main ke Kebun Teh bersama Emon. Karena kemarin sudah belajar tentang teh dan pengolahannya bersama mbah Djie, tidak Afdol rasanya kalau tidak melihat sekalian kebun tehnya. Kebun teh ini berada di ketinggian 900mdpl yang bersebelahan dengan Situs Sejarah Candi Penampihan. Beberapa pohon paku tumbuh di tengah-tengah kebun dan diantara kebun teh itu terdapat sumber mata air Panguripan yang mana ini merupakan indikator stock air untuk darerah di bawahnya (kota Tulungagung). Sumpah..  airnya jernih dan deres dan seger. Rasanya saya pingin ciblon aja.

Tak Afdol juga kalau kita tidak mampir ke situs Candi Penampihan yang memang bersebelahan. Candi Penampihan merupakan candi yang memiliki angka tahun tertua di Tulungagung yakni Saka 820 atau 898 Masehi yang diperkirakaan peninggalan jaman raja Airlangga setelah memindahkan kekuasaaan ke Jawa Timur. Bentuk candi ini sebenarnya punden berundak, namun karena banyak bagian yang hilang, atau relief-relief yang hilang membuat candi ini tidak begitu jelas strukturnya. Beberapa arca dan relief yang penting di selamatkan ke Museum Daerah agar tidak dijarah oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Ow iya, disana pula ada prasasti Penampihan yang ditulis dengan aksara Pallawa yang mana di belakang praksasti ini ada dua kolam sebagai perwujudan Segara Selatan dan Segara Utara. Dua kolam tersebut merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa. Kolam yang sebelah utara merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian utara dan Kolam sebelah selatan merupakan indikator keadaan air di Pulau Jawa bagian selatan. Berdasarkan penuturan Bu Winarti, Apabila sumber air di kedua kolam tersebut kering berarti keadaan air dibawah menderita kekeringan, sebaliknya bila kedua atau salah satu kolam tersebut penuh air berarti keadaan air di bawah sedang banjir.

































































0 komentar:

Posting Komentar