kawah ijen ketika pagi hari |
Gunung Ijen merupakan salah satu pesona Jawa Timur yang meyuguhkan
pemandangan alam yang luar biasa serta social budaya yang kental. Gunung yang
masih aktif dan memiliki kawah berwarna
biru ini masuk di wilayah di Kabupaten
Bondowoso meskipun berada diantara dua kabupaten yakni Banyuwangi dan
Bondowoso. Gunung ini merupakan
satu-satunya tempat yang memiliki pesona “blue Fire” atau api biru yang keluar
dari kawahnya. Karena terletak diatas ketinggian 2443 mdpl, pemandangan dari atas Gunung ijen
sungguh luar biasa. Apalagi ditambahi dengan pesona kawah yang berwarna biru
serta penambanganan belerang di atas ijen.
Sebagai pecinta
traveling, tentu saja saya bermimpi bisa pergi kesana. Apalagi sekarang
maraknya blog-blog traveling yang membuat saya semakin amburadul ketika
memandangi foto-foto spektakuler Gunung Ijen. Kapan saya bisa kesana??
pemandangan di dekat kawah ijen. banya banget pengunjung turun dan mendekat untuk melihat proses pengambilan belerang |
Namun dua minggu
yang lalu saya serasa ketiban durian runtuh. Bude saya (yang biasa ngajak
traveling) mengabarkan bahwa sabtu besok
akan pergi ke Kawah Ijen. Haik.. Saya rasanya mau meledak. Susah seneng,
bingung dilemma. Tapi akhirnya dengan segala resiko ya saya tetap berangkat. Kapan
lagi coba saya bisa travelling gratis.
Sabtu, berangkat
dari Sidoarjo pukul 13.45 melewati rute Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo,
Bondowoso dan masuk Panarukan Banyuwangi kemudian masuk lagi Bondowoso. (saya
sedikit bingung juga untuk rute yang kecil-kecil). Setelah itu kami mulai masuk daerah
pegunungan yang jalannya ndak kelihatan karena ndak ada rumah penduduk apalagi
listrik. Waktu tempuh dari sidoarjo sampai memasuki pegunungan sekitar delapan
jam belum rute pegunungan sampai spot awal pembayaran ijen sekitar dua jam
perjalanan. Waktu itu tidak ada sama sekali kendaraan yang melintas. Jadi bisa dibayangkan ditengan-tengah hutan yang
benar-benar gelap yang jalannya naik-turun dan hanya kami bertiga, saya, bude
saya dan pakde. Fiuh..
Ada tiga portal
keamanan ditengah-tengah rute hutan itu. Setiap spot diwajibkan melakukan
registrasi demi menjaga kelestarian hutan. Mungkin karena Gunung ijen merupakan
cagar alam jadi dibeberapa titik perlu dijaga.
post perijinan dan pembayaran gunung ijen |
Pukul 23.30
akhirnya kami sapai di spot awal pendakian. Tenyata sudah banyak sekali
orang-orang yang akan mendaki ke Ijen. Bahkan ketika ke toilet saya saya harus
mengantri tiga puluh menit saking banyaknya antrian.
blue fire dari ketinggian 1km diatas kawah |
How about
track??
Jangan bayangkan
pendakian ke ijen seperti pendakian ke gunung-gunung yang masih alami, yang
harus bawa carier yang berat. Kalian
tidak akan bersusah payah kok (eh tergantung fisik masing-masing sih). Menurut saya tracknya relative enak. Jalannya selebar
tiga meter dan jalannya tidak terlalu menanjak. Tapi medannya tanah dan
kerikil-kerikil bahkan debunya banyak banget mungkin karena saat itu musim
kemarau dan banyak pejalan kaki. Kalian tidak perlu khawatir kalau treveling
sendiri, saya jamin kalau malem minggu pasti rame.
tracknya paling tidak seperti ini |
Kata orang
pendakian normal akan memakan waktu 2,5jam untuk sampai ke puncak eh.. kawah
maksud saya. Namun karena saya bersama dua orang yang mungkin staminanya tidak
se-full anak muda lagi jadinya sampai di kawah pukul 3.30 pagi. Untung saja
saya masih bisa melihat blue fire-nya
walaupun saya tidak turun lebih dekat ke kawah.
belerang yang akan diangkut penambang |
Satu jam
kemudian matahari mulai muncul yang membuat pemandangan semakin jelas dan blue
firenya semakin menghilang. Ternyata bleu
fire-nya itu muncul ditengah-tengah batu belerang yang ditambang.
Blue fire melelehkan belerang-belerang disana
sehingga bisa dibawa dengan bongkahan-bongkahan kecil atau bahkan dengan aneka
bentuk. Disampaingnya tambang belerang
itu terhampar luas kawah ijen yang berwarna biru kehijauan yang dikelilingi
tebing-tebing batuan tanpa ada tumbuhan sama sekali yang hidup disana. Hikss.. bagus banget apalagi kalu kalian bisa
mmotret para penambang belerang dengan angel dan view tepat. Josh dah foto
kalian.
Setelah golden
time tiba dan puas mengambil foto yang banyak. Bude saya mengajak saya untuk segera
turun karena anginnya semakin kencang dan semakin dingin.
deretan pegunungan mulai dari gunung meranti paling depan sampai gunung raung di belakangnya |
Sekitar jam enam
pagi kami mulai turun gunung. Dan ternyata pemandangan di tengah-tengah track
berdebu itu lebih bagus. Siapa kira yang malem harinya gelap..lap..lap.. tak
tampak sama sekali dan berdebu itu
ternyata memiliki pemandangan yang tak kalah spektakuler. Deretan gunung mulai
dari gunung meranti sampai gunung Raung diikuti pegunungan ditepinyadengan
kombinasi langit biru yang jernih membuat saya semakin melting. Saya pingin lebih
lama disini. Hiks.. bagus banget… dan
pemandangan itu menghiasi kami di sepanjang perjalanan turun. Bonusnya lagi kami menjumpai lutung hitam dan kuning
yang lagi nangkring di pohon.
lagi asyik memotret meranti |
lutung-nya lagi nangkring. cari sisa-sisa daun yang gag kebakar |
Sayangnya banyak
sekali kawasan hutan lindung gunung ijen yang habis terbakar. Saya tidak tahu
ini efek dari kemarau atau memang sangaja dibakar. Tapi ketika itu banyak
sekali bekas abu atau arang. Bahkan ada pohon cemara yang tuinggi kebakar dan
masih dalam keadaan berdiri. Duh gimana ya kalau ni pohon tiba-tiba tumbang??.
Di sepanjang perjalanan turun, kami sering berpapasan dengan para penambang yang berangkat untuk mengambil belerang ke kawah ijen. Ironisnya, dengan track yang menanjak dan jalan dua jam dan membawa berat sekitar 70-90 kg mereka hanya dibayar Rp800,- sampai Rp900,- per kilo. Kalau dihitung 800 x 70 kg = 56.000 upah mereka dalam sekali pengambilan belerang. Saya rasa itu tidaklah sepandan dengan resikonya yang tinggi. Pertama, jalannya licin dan tak jarang juga para pengunjung terpeleset kerikil. Kedua, belerang akan berbahaya untuk tubuh kalau lama-lama terhirup. Ketiga, terjadinya pengapalan ada bahu karena terlalu sering mengangkat beban berat. Duh.. semangat ya pak. Semoga selalu diberikan kelancaran dan keselamatan.
Di sepanjang perjalanan turun, kami sering berpapasan dengan para penambang yang berangkat untuk mengambil belerang ke kawah ijen. Ironisnya, dengan track yang menanjak dan jalan dua jam dan membawa berat sekitar 70-90 kg mereka hanya dibayar Rp800,- sampai Rp900,- per kilo. Kalau dihitung 800 x 70 kg = 56.000 upah mereka dalam sekali pengambilan belerang. Saya rasa itu tidaklah sepandan dengan resikonya yang tinggi. Pertama, jalannya licin dan tak jarang juga para pengunjung terpeleset kerikil. Kedua, belerang akan berbahaya untuk tubuh kalau lama-lama terhirup. Ketiga, terjadinya pengapalan ada bahu karena terlalu sering mengangkat beban berat. Duh.. semangat ya pak. Semoga selalu diberikan kelancaran dan keselamatan.
Sampai di post awal
pendakian kami memutuskan untuk segera balik ke Surabaya. Nah.. how about
perjalanan ke kota??
Gila, ternyata
perjalanan yang kemarin gelap sama sekali dan naik turun itu memiliki
pemandangan yang tak kalah spektakuler ( saya bingung harus ngomong apa lagi). Langitnya
biru jernih. Kanan kiri bukit yang ditumbuhi semak (mirip savanna) dan kanan
kiri mobil langsung jurang. Bagus tapi extrim. Di tengah perjalanan menembus hutan
itu, mata saya tidak sengaja melirik air
terjun yang membuat pakde saya harus putar balik. (Hia,, ngrepotin aja saya)
pemandangan keluar dari area hutan lingdgung ijen |
Saking menggebu-nya
buat hunting foto, saya langsung aja nyemplung di air yang berwarna hijau tanpa
pikir panjang. Sempet sih bertanya “kok
airnya hijau??” Tapi tetep aja
nyemplung. Satu detik… Dua detik.. “Huaa… Perih”. Bagaimana tidak, kaki saya
yang sobek-sobek berdarah terkena air belerang hijau itu. Aduh rasanya… ampun dah.
air terjun yang konon airnya berasal dari kawah ijen |
warna irnya hijau banyak mengandung belerang |
Balik ke Surabaya
pakde saya mengambil jalur Bondowoso, Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan,
Sidoarjo. Disetiap kota bude saya mampir buat beli oleh-oleh. Mulai dari tape manisnya
Jember, sampai pisang agungnya lumajang.
Nah. Kalau dikira-kira
dalam dua hari satu malam saya sudah berkeliling setengah Jawa Timur. Hore…
Saya bigung
dengan teman saya yang barusan juga ke kawah ijen. Katanya pemandangannya
jelek. Lha gimana bisa?? Orang pemandangannya bagus banget.
NB: saya saranin
kalau kesana
1.
Bawa penutup telinga yang anget karena diatas
gunung anginnya kenceng.
2.
Jangan lupa bawa dan pake masker karena debunya
banyak berterbangan
3.
Berangkat mulai sore aja biar mulai masuk
kawasan hutan masih banyak temanya.
4.
Bayar disetiap post registrasi. Yah minimal 10
ribu lah. Syukur-syukur lebih sebagai ucapan trimakasih.
pengen mrono aku
BalasHapusmas @fardan NOzami: ayo mas.. penak lho kui track'e.. heheh
BalasHapus