Wisata Religi, Ziarah Wali Jawa Tengah.

MAsjid Dan Menara Kudus



Islam, agama yang menjadi mayoritas di Indonesia. Di Beberapa wilayah, terutama di pulau jawa penyebaran Islam  dilakukan oleh para Wali atau ulama besar. Seperti yang telah banyak diketahui, Wali Sembilan atau dalam bahasa jawa Wali Songo  memililiki peranan yang sangat penting dalam menyebarkan Islam. Terutama di daerah pesisir Jawa bagian utara. Beberapa   peninggalan  jejak wali songo juga masih bisa dijumpai. Seperti masjid Demak, menara Kudus ataupun yang  paling tua masjid Ampel di Surabaya masih kokoh berdiri. 

Beberapa masyarakat muslim di Jawa memiliki destinasi wisata rohani ziarah kubur ke makam para WaliAllah. Lima makam terdapat di Jawa Timur, tiga makam di Jawa Tegah dan yang satu lagi di Cirebon Jawa Barat. Lima makam di Jawa Timur diantaranya adalah makam Sunan Ampel di Surabaya, Maulana Malik imbrahim atau Sunan Gresik di Gresik, Sunan Giri di bukit Giri  Gresik, Sunan Drajad di Lamongan  dan Sunan Bonang di Tuban. Sedangkan di Jawa Tengah yakni makam Sunan Muria di gunung Muria dekat dengan Jepara, Sunan Kudus di Kudus. Dan Sunan Kalijogo di Demak. Namun sekalian, ketika ziarah mampir ke Makam Raden Fattah yang masih satu lokasi dengan Masjid Demak dan Sunan Mbayat di Gunungpring Muntilan Magelang. Sedangkan satu lagi adalah makam sunan Gunung Jati di Cerebon Jawa Barat. 

Alhamdulillah Minggu lalu, saya masih diberi kesempatan untuk melangkahkan kaki. Namun destinasi saya kali ini adalah wisata Rohani. Yakni Ziarah Wali yang terdapat di Jawa tengah. Sebelumnya, delapan tahun yang lalu sih lebih tepatnya, ziarah wali lima di Jawa Timur sudah terlaksanakan. Jadi sekarang tinggal melanjutkan kearah Jawa Tengah. 

Kami memilih rute Trenggalek, Ponorogo, Madiun, Ngawi, Bojonegoro, dan masuk wilayah Jawa Tengah karena bertepatan dengan tanggal merah doble yang bisa dipastikan jalur Surabaya – Solo macet. Tempat pertama yang kami tuju adalah makam Sunan Muria di gunung Muria. Kalau melihat peta di google map gunung Muria ini terdapat di tiga kabupaten, Kudus, Jepara dan Pati. Kami tiba sewaktu subuh sekaligus melaksanakan sholat subuh disana. Untuk menuju makan Sunan Muria, kami harus ngojek dengan ongkos sepuluh ribu rupiah. Sebenarnya bisa sih  jalan kaki,  tapi sepertinya akan menguras tenaga yang banyak,  apalagi untuk orang-orang yang sudah lanjut usianya. 
MAsjid Agus Demak, Puanas Banget tapi

Tempat kedua yang kami kunjungi adalah makam Sunan Kudus di Kabupaten Kudus. Yang paling terkenal adalah Ikon menara kudusnya yang dibangun tahun 1549 dan masih berdiri kokoh sampai sekarang. Bahkan untuk memotretnya saja,  saya harus berebut  tempat dengan para  penjual  foto di depan menara. Setelah itu,  barulah kita memasuki komplek makam yang pastinya sudah ramai oleh para peziarah. Untuk sekedar info, dari penurunan bis sampai komplek  tempat makam kita harus menggunakan angkutan. Sudah tersedia banyak ojek, becak, maupun dokar yang siap mengantar ke lokasi makam. Untuk sekali pergi dibandrol harga sepuluh ribu sampai lima belas ribu. Harga tergantung angkutan yang kita pilih. Begitu juga untuk kembali ke tempat parkir bis. Saya sampai harus berebut becak dengan peziarah lainnya karena saking banyaknya peziarah. Untuk sekedar tips,  carilah becak dengan slebor merah ketika balik ke tempat parkir. Karena saat itu saya harus berebut becak dan banyak becak yang menolak, bahkan saya sampai berputar komplek sampai dua kali demi mendapatkan becak.  Yang lebih luar biasa lagi adalah becaknya yang sangat-amat  berani menerjang jalan raya. Bahkan bis-pun diajak balapan. Tak sekali juga becak  menerjang arah berlawanan. Duh rasanya senam jantung saya kambuh. Seperti  naik sumber selamat  balapan dengan harapan jaya. 

Tempat ketiga yang dikunjungi adalah makam sunan Kalijaga di Demak. Sama   seperti komplek yang lainnya, Kami harus melewati komplek penjual souvenir sebelum  memasuki komlek makam.
 Kami juga  singgah di Masjid Agung Demak sekaligus Makam RAden Fattah, Raja Demak. Yang beda dari tempat sebelumnya adalah terdapat museum Demak yang menyimpan benda-benda kuno. Termasuk tiang penyangga Masjid Ampel pada tahun 1479.  NAmun lagi-lagi untuk menuju ke Masjid Demak , kami harus menggunakan becak atau dokar dan dibandrol sepuluh ribu untuk sekali jalan.  
salah satu koleksi museum FAttah Di Demak. Tiang soko Masjid ampel yang sudah berumur ratusan tahun


Makam Raden Patah Yang ramai dikunjungi Peziarah

Setelah itu, kami melanjutkan Ziarah di daerah GunungPring muntilan Magelang. Yang lebih dikenal makam Sunan Mbayat. Kami melewati tol Ungaran sampai Ambarawa dan masuk Magelang. Barulah kami belok Jalur kearah Muntilan lebih tepatnya Gunungpring.  Tempat makamnya berada diatas bukit, jadi kita harus menaiki tangga-tangga. Tapi paling tidak, tak sebanyak tangga di Gunung Muria.  Sebenarnya masih satu lagi makam yang akan dikunjungi, tepatnya didaerah KLaten. NAmun karena dikejar waktu, kami memutuskan untuk pulang. 

                 Berbeda dengan Ziarah makam di jawa Timur, Di Jawa Tengah nuansa Jawanya masih sangat terasa. Seperti yang saya temui di GunungPring, beberapa pengurus mengenakan baju adat jawa komplit dengan Blangkon. Mungkin saat itu terdapat acara tertentu.  

Beberapa makam para waliAllah juga berada di atas bukit, mungkin karena bukit atau gunung merupakan tempat yang pas untuk bertirakad. Saya jadi semangat lagi untuk naik gunung, barang kali juga bisa tambah dan lebih bisa mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa. AMinn.. 

Untuk sekedar tip Ziarah jangan lupa menyiapkan uang receh yang banyak. Selain  untuk bersodaqoh, penting juga ketika ke kamar mandi. Jangan lupa juga untuk berwudlu sebelum masuk ke makam.

2 komentar: